Minggu, 24 Juni 2012

Hamtaro, The Cat Story

 Sahabat itu tidak boleh disia-siakan sebab akan mengundang rasa perih bagi diri kita sendiri dan akan mengurai air mata - Nurhayatii Zaiinal-


Miaaww Miaaww . . .
Suara itu berulang kali terngiang di telingaku, semakin lama semakin terdengar keras suaranya.
Aku membuka mata, Aku melihat seekor kucing dengan wajah lucunya tengah menarik selimutku, Aku langsung mengambilnya dan memeluknya.
"Kamu pintar kali ya, Kamu itu seperti alarm berjalanku". Aku mengelus kepalanya.
Dia hanya mengeong manis. Dia adalah peliharaan kucingku yang pertama kalinya yang Aku miliki. Ia kuberi nama Hamtaro, sesuai dengan kartun kesukaanku, walaupun secara fisik dia bukanlah sesosok hamster tapi dia lucu bagai hamster.
Pertama kali Aku menjumpainya saat aku melalui jalan menuju rumahku, ketika itu Aku melihat seekor kucing kecil mengeong dengan nadanya yang khas, sepertinya Dia tidak mempunyai majikan. Lalu, Aku mencoba mendekatinya, Aku mengelus kepalanya, setelah selesai aku bernajak pergi, tapi dia mengikutiku, Aku risih, karena aku tidak diizinkan memelihara hewan peliharaan di rumah. Karena iba akhirnya Aku membawanya pulang, sampai dirumah aku memohon untuk memeliharanya Aku tidak mau Ia mati terlantar dengan sia-sia. Dengan sejuta kalimat manis akhirnya Aku diizinkan memelihara kucing lucu ini.

Kini, Ia telah tumbuh besar. Dengan kasih sayang yang penuh, badannya yang dulu kurus kerempeng sekarang menjadi gemuk, membuatku gemas karenanya.
Setiap hari sepulang sekolah, Aku selalu bermain dengannya lalu memberinya makan yang banyak dan seringkali aku mengajaknya bermain bola-bola kecil. Aku benar-benar menyukainya. Dan aku telah menemukan sesosok sahabat setia.

Sekian bulan berlalu, kini Hamtaro tengah mengandung. Aku melihatnya senang sekali karena sebentar lagi Aku akan mempunyai banyak kucing kecil yang lucu. Aku semakin rajin untuk memberinya makanan, terkadang Aku rela tidak meminum susu sarapan pagiku demi kuberikan untukknya.

"Yeee". Teriakku bahagia.
Akhirnya dengan sekian perjuangan si Pus akhirnya ia melahirkan 4 orang ekor anak. Aku langsung memeganginya satu persatu, tapi tangan Hamtaro malah mencoba menghalangiku untuk menyentuhnya, mungkin karena Ia takut kalau anaknya Aku ambil.

Setiap detik Aku selalu memperhatikan kelima kucingku, sampai pada saat Aku akan melaksanakan ujian kenaikan kelas. Di saat itu Aku jarang memberikan perhatian untuk mereka terutama sang induk, Aku hanya memberi makan pada saat pagi saja, malam jika ingat. Aku ingin meminta bantuan Mama, tapi Mama keukeh tidak mau, katanya alergi bulu hewan. Sedangkan Papa, pergi pagi, pulang malam, hanya Aku yang bisa diandalkan.
Semakin lama, tubuh Hamtaro mulai menyusut kurus. Aku menyadarinya disaat Ia mulai sakit. Setiap pagi Aku tidak dibangunkan lagi olehnya, ia hanya berjalan mendekatiku untuk meminta sarapan pagi, kedekatan kami mulai renggang. Kami tidak seperti sahabat lagi.
Hamtaro mulai sering keluar rumah mencari makan ke rumah tetanggaku, meninggalkan anak-anaknya yang masih berumur beberapa hari, tetapi sepertinya Ia tidak mendapat makanan.

Keprihatinanku mulai tumbuh, Aku takut jika si Pus mati karena kelaparan meninggalkan anak-anaknya, Aku tidak mau kehilangannya. Hari ini, aku berencana membeli makanan istimewa khusus kucing ras mewah yang belum pernah aku berikan padanya, Aku berjanji untuk tidak menelantarkannya lagi.
Baru saja Aku pulang ke rumah,  Aku tidak mendengar suaranya, Aku melihat ke dalam kardus tempat Ia tidur juga tidak ada, hanya anak-anaknya saja. Aku mencari ke kamarku, bahkan sekeliling rumah juga tidak ada. Akhirnya Aku bertanya kepada Mama.
"Ma, Hamtaro mana? Tadi Aku beliin dia makanan enak".
"Hmm tanya sama papa, dia di taman belakang". Mama bergumam.
Segera saja Aku pergi menuju tmaan kecil dibelakang rumahku, seketika itu Aku melihat Papa tengah menggali sebuah lobang, Aku penasaran dan mendekati Papa.
"Pa, lagi gali harta karun ya?". Ucapku usil.
"Ngak". Ucapnya singkat.
"Terrrusss?".
"Kucing Kamu".
"Napa Pa". Ak mendesak Papa berbicara.
"Tadi dia keluar mencari makan, kebetulan Papa hari ini dibolehkan pulang makanya pulang cepat, pas jalan pulang Papa nemuin kucing Kamu udah ngak bergerak lagi, badannya luka kayak kena tabrak, ya udah Papa bawa aja, ini lagi gali kuburannya".
"Mana Hamtaro Pa?".
Papa menunjuk ke arah bungkusan kain putih, yang isinya adalah tubuh Hamtaro. Aku membuka bungkusan itu, seketika itu, Aku melihat tubuhnya kaku, tidak ada raut ceria saat pertama bertemu saat kami menjadi sahabat.
Aku menangis melihat sahabat ku pergi selamanya, meninggalkan anak-anaknya yang masih membutuhkan kasih sayang ibunya. Aku menyesali perbuatanku yang mengacuhkannya selama ini.

Sejak saat itu Aku tidak pernah lengah untuk mengurus ke empat anaknya, selalu aku beri perhatian lebih. Aku takut kejadian yang sama terulang lagi.


      With LOVE


  Nurhayatii Zaiinal ♥

1 komentar:

  1. intinya jangan menyia-nyiakan siapa pun yang menyayangi kita dan yang kita sayangi.

    lanjutkan membuat cerita :)

    BalasHapus