Sabtu, 13 April 2013

Ada Janji Dan Pelangi Di Rainbow Cake



Rintik-rintik hujan mulai membasahi bumi, air yang menyentuh tanah itu mulai mengeluarkan bau khasnya. Seorang gadis manis, mengintip melalui celah kaca yang tertempel di sampingnya. Jam pelajaran belum berakhir, masih terhitung beberapa puluh menit lagi. Sungguh membosankan untuk pelajaran yang membuat mata mulai mengantuk dan materi yang tidak dapat dicerna sama sekali. Gadis manis itu mulai menguap, dan tertidur lelap dalam dongeng nyanyian rintik-rintik hujan.
Tidak terhitung berapa lamanya, akhirnya suara nyaring bel pertanda jam pelajaran terkahir pun akhirnya terdengar juga. Beberapa murid terdengar bersorak-sorai kecil, ada yang menaikkan tangannya ke atas, ada yang berkata “Akhirnya Gue bisa terbebas juga”. Sementara gadis manis itu tetap terkunci dalam mimpinya. Beberapa teman disekelilingnya mencoba untuk membangunkannya, dan akhirnya gadis itu terbangun dengan malas.
Sorot mata gadis itu menatap ke arah depan, tepat di depannya ada seseorang yang melemparkan senyum hangat padanya. Ia menyapa gadis itu, dan mencoba membuatnya benar-benar terbangun.
“Hai, gimana kabarnya hari ini? Apakah masih ingin bermimpi?”.
Gadis itu masih mengusap matanya, “Hai”. Gadis berkulit sawo matang itu menampakkan wajah malasnya, ” Aku hanya tertidur untuk pelajaran yang Aku tidak mengerti. Daripada Aku mencoba membuang waktuku, lebih baik aku memanfaatkannya untuk tidur siang”. Sembari mengangkat kedua alisnya.
“Sofia, bagaimana kalau hari ini kita pergi makan di cafe? Aku yang traktir deh”.
Sofia, mengangguk sambil tersenyum.
Sofia mulai mengeluarkan payung dari dalam tasnya. Gio, nama seseorang yang berada tepat dihadapan Sofia tadi,mengambil payung yang digenggam gadis itu, melirik kearah Sofia untuk membiarkannya mamayungi seorang gadis, lebih baik daripada seorang gadis memayungi seorang pria, terlihat tidak nyaman dan menarik pandangan aneh dari pihak lainnya. Mereka berdua berjalan menyusuri tepian jalan. Sesekali mereka saling melirik dan tertawa mengeluarkan bahagianya masing-masing.
Kaki mereka akhirnya melangkah ke tempat tujuan, cafe yang begitu nyaman untuk dikunjungi para  pecinta ketenangan serta suasana romantis. Gio segera mengatup payung yang ia gunakan untuk melindungi kekasihnya. Segera mereka duduk di sudut sebelah kanan dari pintu utama. Tempat favorit Sofia bersama Gio.
“Aku pesan sup, rainbow cake mini dan coklat hangat, ya mbak”. Ucap gadis mermata tajam itu.
“Aku juga ya mbak”. Diiringi suara Gio.
“Selama yang Aku tahu, kita sering ke cafe  ini, dan untuk pertama kalinya kamu makan rainbow cake”. Terdengar suara tawa.
“Ya Aku hanya penasaran, kenapa Kamu suka kue pelangi itu?”.
“Yaaa, kamu tahu kan Aku suka pelangi yang mempunyai beragam warna, sama seperti Aku menginginkan hidup yang berwarna, ketika  Kamu berada di samping Aku, makanya Aku suka kue ini”. Sambil menunjuk pelangi yang ada muncul di langit setelah hujan.
Tak lama berselang, pesanan mereka pun datang. Mereka langsung melahapnya ntuk menghilangkan hawa dingin yang menyelimuti tubuh mereka masing-masing. Sementara diluar sana, air hujan masih menari-nari dalam melodi irama yang indah.
Sofia dan Gio, sepasang kekasih yang sudah menjalin hubungan berpacarannya sejak kelas 1 SMA, kini usia hubungan mereka sekitar 14 bulan. Pertemuan mereka berawal dari ketidaksengajaan  sebuah tatapan. Ketika Gio tidak sengaja melihat Sofia sadang berolahraga, dan ketidaksengajaan Sofia ketika menatap Gio tengah melemparkan bola ke dalam ring basket. Sejak itu Gio mendekati Sofia dan keberuntungan berpihak kepada Gio.
Hujan diluar sudah berhenti, sementara, makanan mereka pun sudah dihabiskan. Sofia masih ingin menatap pelangi yang ada diluar, Gio mengikuti gerakna mata Sofia, menatap pelangi yang indah itu.
Pelangi pun mulai memudar, digantikan cahaya mathari yang berwarna oranye.Mereka segera beranjak keluar dan saling berpamitan di jalur jalan yang berbeda. Si gadis itu melambaikan tangannya dengan riang dan Gio membalasnya.
“Sampai jumpa besok pelangiku”. Gio memanggil panggilan kesayangan Sofia dengan lembut.
Mereka pun saling menghilang.
***
                *3 Bulan Kemudian.
Sofia menunggu kedatangan Gio di tempat mereka biasanya bertemu dan saling bercerita satu sama lain. Sebelumnya, Gio sedang menghadiri rapat pertemuan para anggota basket, sehigga Sofia diminta untuk terlebih dahulu menuju ke Moshi Cafe.
Bayang-bayang Gio mulai muncul perlahan. Gio langsung mengusap kepala Sofia, dan mereka saling tertawa. Mereka memesan pesanan mereka masing-masing, tidak luput rainbow cake. Untuk ketiga kalinya Gio memesan kue warna-warni tersebut.
“Kamu kenapa Gio? Raut wajah Kamu seperti menyimpan sesuatu?”
“Aku mau menyampaikan sesuatu ke Kamu”. Nada Gio terdengar pelan.
“Sesuatu yang pentingkah?” Sofia mengerenyitkan dahinya.
“Benar, Aku harap Kamu tidak terkejut mendengarnya ya sayang”.
“Baik, Aku mendengarkan”.
Sofia mendengarkan Gio dengan teliti. Seusai bercerita, ada hujan dipelupuk mata Sofia dan mulai menuruni sungainya.
“Aku tidak tahu apakah Aku bisa menerima ini atau tidak, yang jelas ini terasa berat untukku”.
“Aku minta maaf Sofia, tapi ini perintah dari sekolah, dan ini memang benar kesempatan bagus untukku. Memang ini berat untukku, karna  Aku bakal ninggalin Kamu. Tapi Aku ingin mengejar cita-citaku ,Pelangi. Ini kesempatan langka buat Aku menerima beasiswa ini”. Gio menggenggam tangan Sofia.
“Aku takut  Kamu bakal menghilangkan Aku dari hati dan fikiran Kamu. Dan terlebihnya Aku takut kamu tidak akan ada disisiku lagi”. Air mata terus mengalir di pipi Sofia.
“Ngak bakal. Jangan pernah kamu berfikiran buruk seperti itu. Kamu akan terus di hati Aku. Aku  tidak akan bisa melupakan seseorang yang sudah lebih dari setahun mengisi hidup Aku”.
“Kalau Kamu mau itu, Aku ikhlas kok. Yang penting selama dua minggu ini Aku ingin menghabiskan waktu dengan riang bersama kamu, sebelum Aku meneteskan air mata. Aku harap kamu disana baik-baik aja”. Sofia mulai terisak-isak.
“Coba Kamu lihat pelangi yang mulai muncul disana” Menunjuk pelangi yang ada diatas atap transparan cafe itu, “Kalau kamu mau lihat Aku, coba Kamu pandangi pelangi itu. Disana pasti ada Aku. Dan Aku akan kembali dihadapan Kamu tepat di hari jadi kita yang ke tiga tahun di sini, di tempat ini, dimana pelangi mulai memunculkan wajahnya di musim hujannya yang pertama di setiap tahun, atau kamu akan melihatku di pelangi kedua”. Air mata Gio mulai muncul.
“Pelangi kedua?”. Sofia tidak mengerti.
Gio berpura-pura tidak mendengar pertanyaan Sofia.
Sofia terus melahap rainbow cakenya, berharap waktu tak akan pernah bergerak sedetik pun. Tapi itu hanya imajinasi dalam dunia dongeng, kecuali jika Kamu mau mencabut semua baterai jammu sendiri dan semua jam di dunia ini.
Sofia melepas kepergian Gio dengan penuh airmata. Gio memeluk lama gadis itu untuk pertama kalinya, atau mungkin terakhir kalinya difikiran Sofia.
***
*Setelah kelulusan SMA

Sofia menanti hari-hari dimana beberapa hari lagi ia akan meyambut kedatangan Gio. Ia membayangkan perubahan apa yang akan terjadi pada dirinya selama berada di Inggris. Sampai hari kemarin pun mereka masih saling komunikasi dan saling ungkap cinta. Sofia telah menyiapkan kado untuk hari jadi mereka.
 Ini tepat hari jadi mereka yang ke tiga tahunnya. Sofia telah menunggu bayangan kekasihnya untuk datang secara nyata dan menunggu pelangi yang muncul setelah hujan. Sofia menunggu Gio sedari pagi hari, tetapi Gio tak kunjung datang. Pelangi sudah menampakkan dirinya dan sudah menghilangkan dirinya.
Fikiran aneh pun mulai berkecamuk di dalam otak Sofia, terlintas bayangan bahwa Gio sebenarnya sudah melupakannya dan hanya berkomunikasi  leawt ponsel dan media sosial hanya untuk menyenangkan hati Sofia agar ia percaya bahwa Gio masih mencintainya.
Berbagai macam fikiran negatif mulai muncul seperti Gio sudah mempunyai kekasih baru atau Gio sudah menjadi ‘cowok nakal’ disana. Sofia mencurahkan keraguannya lewat buku diary berwarna pink, pemberian Gio ketika hari jadi mereka yang ke tujuh bulan.
Terhitung sepuluh rainbow cake mini sudah dilahap Sofia menjelang jam 6 sore. Tidak ada tanda kehadiran Gio. Akan tetapi, Sofia tidak gentar, ia berniat menunggu pujaan hatinya sampai cafe itu tidak menerima tamu lagi. Beberapa menit kemudian mata Sofia mulai terasa berat dan ia mulai tertidur.
Sepertinya, Sofia telah terlelap berjam-jam. Sampai akhirnya seseorang membangunkan Sofia.
“Mbak, Cafenya udah mau tutup. Apa kami bisa mengangkat piring-piringnya mbak?”. Suara seorang pelayan cafe membangunkan Sofia dengan nada lembut, sampai akhirnya tubuh Sofia diguncang-guncangan karena gadis itu tidak terbangun dari mimpinya juga.
Sofia membuka mata sambil bersuara “Iya, mas Saya mau pergi lagi”.
Kini pandangan Sofia sudah mulai jelas.
“Sampul diary yang bagus, tapi kenapa isinya tentang fikiran negatif?”. Sesorang itu duduk dihadapannya.
“Gio”. Suara Sofia terdengar lirih, “Kamu bohong Gio, katanya Kamu akan datang disaat ada pelangi, tetapi sekarang matahari sudah tenggelam”. Gadis manis itu memukul lengan kekasihnya.
“Aku ngak pernah bohong Sofia, Aku pernah bilang kita akan bertemu disaat pelangi muncul di langit atau pelangi kedua ini”. Gio meletakkan buku diary Sofia di atas meja dan mengeluarkan sebuah rainbow cake ukuran besar.
Sofia tersenyum manis sembari mengeluarkan air mata “Gio, akhirnya kamu menepati janji kamu”.

               

                With Love





           Nurhayatii Zaiinal 

Selasa, 08 Januari 2013

Mawar Merah

Tanganku genggam sekuntum mawar
Indah elok parasnya
Membuatku jatuh hati padanya
Hinggaku berjannji untuk merawatnya sampai dewasa

Kian lama waktu berjalan
Mawar itu terus dewasa
Hingga ku patut mengaguminya

Tapi, kekaguman itu tak dapat apapun
Tak dapatkan balasan
Ya, kini Aku kecewa
Hatiku remuk karenanya

Aku berjuang merawatnya dengan cinta
Dengan harapan besar dan sayang yang tulus
Tapi, mawarku kini kelopaknya mulai gugur
Pertanda akan jawaban
Bahwa ia tak mencintaiku


Selasa, 01 Januari 2013

Tahun Baru Dengan BayanganMu

Aku berdiri di depan bayanganku sendiri, berharap agar besok tanggal 21 Desember, Aku masih bisa menimati dunia dan hari selanjutnya Aku bisa melewati pergantian tahun tanpa takut diikuti isu akan "Hari Kiamat". Memang kepercayaan yang bodoh apabila Aku mempercayai hal itu, itu sama saja aku telah meninggalkan Tuhan, dan beralih kepada kekuatan manusia yang diciptakan dari genggaman Tuhan.
Aku sengaja membuat alarmKu berteriak, tepat pukul 23.55. Ini hanya untuk memastikan bahwa masih ada yang namanya tanggal 22 Desember 2012. Dan coba tebak, tidak ada terjadi apa-apa sama sekali. Tidak ada gempa, tsunami, sapi yang terbang apalagi kiamat. "Arrgghh Andien, lagi-lagi loe parnoan kan", Aku berbicara di depan bayanganKu yang terletak dalam kegelapan.

Oke, mungkin parnoan tentang kiamat itu sudah berakhir. Tapi dalam hatiKu, masih ada ketakutan yang terselip. Tahun baru, ya tentang tahun baru. Biasanya sih, anak muda seumuranku merayakan tahun baru bersama keluarganya, sahabat atau pacarnya. Nah, kebetulan saat ini Aku lagi nge-kost dan para sahabatku memilih untuk pergi bersama keluarganya, otomatis Aku tidak ditemani oleh keluarga dan sahabat. Beruntung saja, beberapa bulan lalu, Aku sudah memiliki pacar untuk pertama kalinya. Dia bernama Mario, teman sekelas sekaligus teman satu les. Jadi, Kebiasaanku di setiap tahun baru tidak terlalu sepi, yaitu melihat kembang api di alun-alun kota.

Pertemuan kami berawal dari teman sekelas yang benar-benar Aku benci dan seringkali Aku menjahilinya. Dia salah satu anggota tim basket sekolah, dan pernah sekali, waktu sebelum ia bermain basket, Aku meletakkan sisa permen karet di bolanya. Alhasil, kebencian kami meleda-ledak dan akhirnya tak pernah Aku menerka ternyata rasa benci itu berubah menjadi cinta diantara kami, dan tumbuh seiring waktu.

"Tahun baruan Kamu kemana?". Aku membuka pembicaraan kami di sudut kantin.
"Rencananya sih, tiga hari lagi aku mau pergi ke Bandung. Soalnya keesokannya adik aku ulang tahun. Kalo Kamu kemana?".
"Pengennya sih ke tempat Mama sama Papa. Yahh berhubung macet ngak jadi deh". Aku mencoba menyembunyikan kesedihanku.
"Sendirian aja di kost-an donk".
"Ngak, Aku sama kuntilanak, ya iyalah sendirian, masak berlima". Aku agak kesal.
"Ihh, gitu aja ngambek". Mengusap rambutKu.
"Aku ngak ngambek kok. Ya udah Aku sendirian juga ngak apa-apa". Wajahku menunduk lesu "Aku ke kelas duluan ya".
"Ngak bareng Ndien?".

Aku menghiraukan perkataan Mario dan langsung menuju ke kelas. Tiga hari lagi, dia akan pergi ke Bandung dan langsung merayakan pergantian tahun baru disana tanpa kehadiran dan tanpa mengiraukan Aku bersama siapa nantinya.
Memang Aku egois, benar-benar egois. Kenapa tidak? Ini untuk pertama kalinya Aku merayakan tahun baru bersama pacar pertamaKu. Aku merasa benar-benar kecewa.

Di kamar kost, Aku hanya bisa merenung, memikirkan betapa teganya Mario. Sesekali Mario mencoba menghubungiku dan Aku menghiraukannya. Hingga akhirnya malam itu, mataKu mulai terlelap

Dua hari kemudian di hari Minggu, karna rasa rindu yang menyengat, Aku mencoba untuk melihat Mario di lapangan basket sekolahan. Kebetulan saat ini, ia tengah latihan basket bersama anggota basket yang lainnya. Aku melihatnya, dan hanya bisa melihat dari kejauhan. Aku merasa takut untuk mendekatinya dan menganggunya. Di kejauhan, Aku terus melihatnya sampai ia selesai latihan. Setelah itu, Aku langsung menuju rumah, itu saja sudah membuiat rinduKu terkikis.

Di perjalanan pulang, hujan mulai mengguyur tubuhku. Aku segera berlari, semakin Aku berlari, hujan itu malah semakin deras.
Setelah sampai di rumah, Aku mulai merasa tubuhKu kedinginan. Aku mencoba berbaring di kasur yang hangatr, tetapi tetap saja tubuhku merasa kedinginan. Aku merasa seperti terserang demam dan mataKu mulai tertidur.

Keesokannya, Aku terbangun di bawah teriknya matahari. Aku melirik jam dinding dan disana menunjukkan pukul 2 siang.
"Ya ampun, udah jam dua. Pasti Mario udah ke Bandung. Mungkin ini salah satu tahun baru terburukKu, disaat pergantian tahun, Aku malah terbaring lemah dan ngak bisa keluar". 

Perutku berdansa, dan Aku hanya terdiam. Memejamkan mata dan kembali ke alam mimpi., membayangkan bayangan Mario bersamaKu saat malam pergantian tahun.
Aku terbangun lagi di saat hampir tengah malam. Dari luar, Aku hanya bisa mendengar suara letusan kembang api, sesekali Aku menitikkan air mata.

Suara letusan kembang api itu semakin deras saja. Aku memaksakan diriku untuk bangkit dan melihat kembang api itu dari pintu. Saat aku membukanya, ternyata ada beberapa orang yang Aku kenali. Salah satunya Mario.

Mario segera memelukku  dan langsung meraba dahiku.
"Kamu demam ya?". Nada Mario terlihat cemas.
"Sedikit".
"Pasti gara-gara Aku. Kemarin, salah satu teman Aku liat Kamu duduk di pinggir lapangan bola. Abis itu katanya kamu pergi, dan tak berapa lama hujan turun. Pasti karna itu kan?".
Aku menggangguk "Kenapa ngak jadi ke Bandung?".
"Aku cuma bohong, Aku ingin memberi kamu kejutan, tapi malah gini jadinya. Maafin aku ya".
"Iya". Nadaku masih melemas.
"Oh ya, Ini adikku yang beberapa detik lagi ulang tahun. Sudah lama ia berencana ingin merayakan ulang tahunnya di tempat kamu". Sambul menunjuk seseorang.
"Iya, Aku sudah tahu dia. Waktu Aku ke rumah Kamu, dia langsung memperkenalkan dirinya dan semenjak itu ia akrab denganKu. Ia adik yang manis ya".
"Ahh kakak ipar bisa aja". Adik Mario mencoba menggoda kami.

Ternyata Mario oeduli terhadapku. Aku yang salah paham dengannya. Teerimakasih untuk tahun baru ini. Ini adalah tahun baru terspesialku :)