Selasa, 08 Januari 2013

Mawar Merah

Tanganku genggam sekuntum mawar
Indah elok parasnya
Membuatku jatuh hati padanya
Hinggaku berjannji untuk merawatnya sampai dewasa

Kian lama waktu berjalan
Mawar itu terus dewasa
Hingga ku patut mengaguminya

Tapi, kekaguman itu tak dapat apapun
Tak dapatkan balasan
Ya, kini Aku kecewa
Hatiku remuk karenanya

Aku berjuang merawatnya dengan cinta
Dengan harapan besar dan sayang yang tulus
Tapi, mawarku kini kelopaknya mulai gugur
Pertanda akan jawaban
Bahwa ia tak mencintaiku


Selasa, 01 Januari 2013

Tahun Baru Dengan BayanganMu

Aku berdiri di depan bayanganku sendiri, berharap agar besok tanggal 21 Desember, Aku masih bisa menimati dunia dan hari selanjutnya Aku bisa melewati pergantian tahun tanpa takut diikuti isu akan "Hari Kiamat". Memang kepercayaan yang bodoh apabila Aku mempercayai hal itu, itu sama saja aku telah meninggalkan Tuhan, dan beralih kepada kekuatan manusia yang diciptakan dari genggaman Tuhan.
Aku sengaja membuat alarmKu berteriak, tepat pukul 23.55. Ini hanya untuk memastikan bahwa masih ada yang namanya tanggal 22 Desember 2012. Dan coba tebak, tidak ada terjadi apa-apa sama sekali. Tidak ada gempa, tsunami, sapi yang terbang apalagi kiamat. "Arrgghh Andien, lagi-lagi loe parnoan kan", Aku berbicara di depan bayanganKu yang terletak dalam kegelapan.

Oke, mungkin parnoan tentang kiamat itu sudah berakhir. Tapi dalam hatiKu, masih ada ketakutan yang terselip. Tahun baru, ya tentang tahun baru. Biasanya sih, anak muda seumuranku merayakan tahun baru bersama keluarganya, sahabat atau pacarnya. Nah, kebetulan saat ini Aku lagi nge-kost dan para sahabatku memilih untuk pergi bersama keluarganya, otomatis Aku tidak ditemani oleh keluarga dan sahabat. Beruntung saja, beberapa bulan lalu, Aku sudah memiliki pacar untuk pertama kalinya. Dia bernama Mario, teman sekelas sekaligus teman satu les. Jadi, Kebiasaanku di setiap tahun baru tidak terlalu sepi, yaitu melihat kembang api di alun-alun kota.

Pertemuan kami berawal dari teman sekelas yang benar-benar Aku benci dan seringkali Aku menjahilinya. Dia salah satu anggota tim basket sekolah, dan pernah sekali, waktu sebelum ia bermain basket, Aku meletakkan sisa permen karet di bolanya. Alhasil, kebencian kami meleda-ledak dan akhirnya tak pernah Aku menerka ternyata rasa benci itu berubah menjadi cinta diantara kami, dan tumbuh seiring waktu.

"Tahun baruan Kamu kemana?". Aku membuka pembicaraan kami di sudut kantin.
"Rencananya sih, tiga hari lagi aku mau pergi ke Bandung. Soalnya keesokannya adik aku ulang tahun. Kalo Kamu kemana?".
"Pengennya sih ke tempat Mama sama Papa. Yahh berhubung macet ngak jadi deh". Aku mencoba menyembunyikan kesedihanku.
"Sendirian aja di kost-an donk".
"Ngak, Aku sama kuntilanak, ya iyalah sendirian, masak berlima". Aku agak kesal.
"Ihh, gitu aja ngambek". Mengusap rambutKu.
"Aku ngak ngambek kok. Ya udah Aku sendirian juga ngak apa-apa". Wajahku menunduk lesu "Aku ke kelas duluan ya".
"Ngak bareng Ndien?".

Aku menghiraukan perkataan Mario dan langsung menuju ke kelas. Tiga hari lagi, dia akan pergi ke Bandung dan langsung merayakan pergantian tahun baru disana tanpa kehadiran dan tanpa mengiraukan Aku bersama siapa nantinya.
Memang Aku egois, benar-benar egois. Kenapa tidak? Ini untuk pertama kalinya Aku merayakan tahun baru bersama pacar pertamaKu. Aku merasa benar-benar kecewa.

Di kamar kost, Aku hanya bisa merenung, memikirkan betapa teganya Mario. Sesekali Mario mencoba menghubungiku dan Aku menghiraukannya. Hingga akhirnya malam itu, mataKu mulai terlelap

Dua hari kemudian di hari Minggu, karna rasa rindu yang menyengat, Aku mencoba untuk melihat Mario di lapangan basket sekolahan. Kebetulan saat ini, ia tengah latihan basket bersama anggota basket yang lainnya. Aku melihatnya, dan hanya bisa melihat dari kejauhan. Aku merasa takut untuk mendekatinya dan menganggunya. Di kejauhan, Aku terus melihatnya sampai ia selesai latihan. Setelah itu, Aku langsung menuju rumah, itu saja sudah membuiat rinduKu terkikis.

Di perjalanan pulang, hujan mulai mengguyur tubuhku. Aku segera berlari, semakin Aku berlari, hujan itu malah semakin deras.
Setelah sampai di rumah, Aku mulai merasa tubuhKu kedinginan. Aku mencoba berbaring di kasur yang hangatr, tetapi tetap saja tubuhku merasa kedinginan. Aku merasa seperti terserang demam dan mataKu mulai tertidur.

Keesokannya, Aku terbangun di bawah teriknya matahari. Aku melirik jam dinding dan disana menunjukkan pukul 2 siang.
"Ya ampun, udah jam dua. Pasti Mario udah ke Bandung. Mungkin ini salah satu tahun baru terburukKu, disaat pergantian tahun, Aku malah terbaring lemah dan ngak bisa keluar". 

Perutku berdansa, dan Aku hanya terdiam. Memejamkan mata dan kembali ke alam mimpi., membayangkan bayangan Mario bersamaKu saat malam pergantian tahun.
Aku terbangun lagi di saat hampir tengah malam. Dari luar, Aku hanya bisa mendengar suara letusan kembang api, sesekali Aku menitikkan air mata.

Suara letusan kembang api itu semakin deras saja. Aku memaksakan diriku untuk bangkit dan melihat kembang api itu dari pintu. Saat aku membukanya, ternyata ada beberapa orang yang Aku kenali. Salah satunya Mario.

Mario segera memelukku  dan langsung meraba dahiku.
"Kamu demam ya?". Nada Mario terlihat cemas.
"Sedikit".
"Pasti gara-gara Aku. Kemarin, salah satu teman Aku liat Kamu duduk di pinggir lapangan bola. Abis itu katanya kamu pergi, dan tak berapa lama hujan turun. Pasti karna itu kan?".
Aku menggangguk "Kenapa ngak jadi ke Bandung?".
"Aku cuma bohong, Aku ingin memberi kamu kejutan, tapi malah gini jadinya. Maafin aku ya".
"Iya". Nadaku masih melemas.
"Oh ya, Ini adikku yang beberapa detik lagi ulang tahun. Sudah lama ia berencana ingin merayakan ulang tahunnya di tempat kamu". Sambul menunjuk seseorang.
"Iya, Aku sudah tahu dia. Waktu Aku ke rumah Kamu, dia langsung memperkenalkan dirinya dan semenjak itu ia akrab denganKu. Ia adik yang manis ya".
"Ahh kakak ipar bisa aja". Adik Mario mencoba menggoda kami.

Ternyata Mario oeduli terhadapku. Aku yang salah paham dengannya. Teerimakasih untuk tahun baru ini. Ini adalah tahun baru terspesialku :)