Sabtu, 14 April 2012

Menggapai Jemari Mu


Menatap mu dari kejauhan terlalu rumit bagi ku
Rintik hujan setiap detik halangi pandangan kita
Butir lembutnya menghunus tajam mataku
Perih . . .
Begitu perih yang kurasakan untuk melihatmu

Mata ku terlalu menatapmu dalam tempo yang cepat
Dengan perasaan yang mendalam
Kulihat di sisi lain
Kau malah tenggelam di dalam permainan mu sendiri
Tanpa menggunakan logika bahwa aku juga permainanmu

Dulu kau pertanyakan aku
Tentang isi benak dan hatiku
Sekarang kau malah membuang tanya itu
Rasa yang kau tanam telah kau campakkan
Raga ini terlalu rumit menggapai jemari mu :')

Rabu, 11 April 2012

Quote Of Today

Spongebob : Apa yang akan kamu lakukan jika aku pergi???
Patrick : Aku akan menunggu mu kembali
Spongebob : Jika aku tidak akan benar-benar untuk tidak kembali, apa hal yang akan kamu lakukan???
Patrick : Aku tetap akan menunggu mu kembali :)

***

Patrick : Pemujaan yang berlebihan itu tidak sehat

***

Patrick : Kepintaran tidak akan bisa membeli persahabatan, lebih baik aku bodoh asal aku mempunyai sahabat sepertimu :)

Selasa, 10 April 2012

Secercah Senja untuk Mentari Yang Akan Terlelap

Kini Senja sudah menjadi kawan hidup sang Mentari, menjadi penutup senja menjelang malam, dan sang malam pun kini menunggu bulan untuk menjadi kawan hidupnya di malam yang sunyi
 
Aku menghempaskan tas yang penuh dengan buku-buku sekolah yang berlebihan muatan yang dimana buku-buku itu akan aku kembalikan  ke perpustakaan, bukan aku keberatan beban tapi aku sedang meluapkan emosiku dihadapan seseorang yang tengah mengintrogasiku secara berlebihan.
Dia adalah seorang kekasihku Senja, sejak tadi aku heran dengan sikapnya yang agak berlebihan, dia menyangka aku telah mengacuhkannya tadi malam berkata aku sedang bersama seseoranng atau apalah yang ingin disebut, hal itu terjadi sebab aku tidak membalas pesan singkat yang dikirimkannya pukul 10.30 malam. Ohh tuhan yang benar saja biasanya sekitar jam itu para pelajar sudah terlelap pulas kecuali bagi yang sedang sibuk berkutat belajar untuk esok hari.
Aku sudah menjelaskannya dengan sabar bahwa aku sudah terlelap, tetapi dia tetap saja meninggikan egonya berkata bahwa aku sudah tidak acuh dengannya. Menurutnya apa setiap detik aku selalu terkekang untuknya??? Masih ada hal pasti yang ingin aku lakukan. Aku berharap dia mengerti keadaanku ini.

"Senja, apa kamu tidak mau mendengarkanku dulu? Kamu selalu saja mementingkan ego kamu itu, selama ini aku sudah cukup sabar, tapi karna kesabaranku itu kamu semakin menjadi-jadi, apa kamu tidak mengerti itu?" Aku mengambil tasku dan buku-buku yang berserakan "Ya udah terserah kamu aja, yang penting mulai detik ini kamu ngak usah temui aku, lagian kita kan udah selesai UN, selesai tamat dari SMA ini kita akn terpisah satu sama lain, walau jujur hatiku terlalu berat untuk melepasmu". Aku menahan mendung kecil menelesuri pipiku.

"Tari, aku minta maaf ya, aku cuma takut kehilangan kamu aja".

"Ya udahlah, aku udah maafin kamu, tapi kalau kamu mementingkan keegoan kamu, itu terlalu sakit buat aku, apa kamu tahu? Aku hanya butuh sebuah pengertian tidak lebih dari itu. Lebih baik kita jalani hidup kita masing-masing.

Kakiku melangkah cepat meninggalkan Senja, kini dia bukan siapa-siapa ku lagi. Mataku sudah dirundung hujan deras, aku tidak sanggup menahan ini, tapi ini demi kebaikan kami bersama, terlebih kebaikanku juiga.

Hari yang aku dan teman-teman seangkatan ku tunggu telah tiba, ini penerimaan hasil kelulusan. Aku tersenyum bahagia saat semua siswa siswi dinyatakan lulus. Dikala mereka sibuk dengan kertas berisi pernyataan kelulusan itu, mataku tengah sibuk mencari wajah Senja, tepat arah jam 2 aku melihatnya tengah menatapku juga, aku melihat senyumnya, wajahku segera kualihkan, aku tahu ini mungkin pertemuan terkahir ku dengannya, tapi tetap saja aku selalu tersesat di hatinya. Untuk melupakannya saja tidak mungkin, ada setitik penyesalan aku meretakkan hati kami yang telah bersatu lebih dari 2 tahun. Tapi apa aku harus mengatakannya sekarang bahwa aku ingin kembali lagi? Aku takut sangat-sangat takut.

***

Kakiku melangkah cepat saat aku hendak meninggalkan ruang kuliah di sore itu, aku hendak menuju ke kost ku, ingin kuhempaskan tubuhku secepatnya, benar-benar letih hari ini.  Sudah 2 tahun aku disini, tapi baru kali ini aku merasakan keletihan yang berbeda. Sesampainya di tempat tujuan aku merebahkan tubuhku sepuasnya, refleks saja aku terbangun mengingat dulu sebelum ke Yogya aku pernah membawa kotak mungil berisi perhiasan murahan ku yang lucu, tapi nukan itu yang aku cari, aku teringat bahwasanya aku pernah meletakkan kartu memory ku di dalam kotak itu, aku ingin mendengar lagu saat masa putih abu-abuku ku dulu. Aku mencari kota itu, dan AHA!!! Ketemu!!! Segera aku memindahkan kartu kecil itu ke dalam handphone ku, aku mengotak atik isi didalamnya, aku memutar lagu saat aku masih bersama Senja, aku melihat kenangan abadi sebuah foto aku dengannya, saat aku ulang tahun. Begitu terasa indah, tanpa sadar air mataku membasahi layar handphone ku. Lagi-lagi bayangan ku tertuju padanya. Aku rindu ingin pulang ketempat asalku, terutam,a mengunjungi SMA tempat kenangan romantis selalu ada disana.

Liburan, ya saat nya aku pulang. Menaiki pesawat, menaiki mobil selama 2 jam ternyata cukup melelahkan juga. Aku pulang disambut hangat mama dan papa, disambut makanan yang masih hangat juga. Aku bercerita saat aku berinteraksi disana, bagaimana jadwal keseharianku, mereka mendengarkanku dengan penuh semangat. Apakah aku sudah benar-benar kembali ke rumah? Tempat dimana aku mendapatkan kehangatan yang nyata.

Pagi ini, aku bisa merasakan udara segar menyelimuti seluruh paru-paruku, di hari kedua ini aku merasa terindu untuk mengunjungi SMA ku, mumpung saat ini hari Minggu, aku berangkat pagi-pagi sekali. Setibanya disana, aku melihat segerombolan tim basket bermain dengan kelihaiannya, seperti yang Senja lakukan dulu setiap Minggu pagi, teringat aku ketika dia mengajariku teknik bermain basket, selalu kegagalan yang aku alami tiap aku melemparkan benda bundar itu ke ring, selalu kepalaku yang menjadi korban keganasan bola itu, sesekali kepalaku dihantam benda itu, tapi Senja selalu mengelus kepalaku dikala aku meringis dan senyum manisnya keluar dengan sumringah.

Tanpa terasa air mataku menetes, tapi bibir ku tetap tersenyum, kenangan di SMA ini membuat dadaku sesak. Aku melangkahkan kaki ke sebuah pohon dimana kami dulu pernah mendengarkan lagu romantis bersama, di kala itu aku berharap Senja datang mengunjungiku dan memanggil namaku dengan nada manja  sekali lagi. Tapi apa daya, harapan itu kosong. Hanya suara bising teriak para pemain basket itu. Aku menoleh sesekali ke arah mereka memastikan Senja terlibat di dalam permainan itu, ahh percuma saja, dia tidak akan kembali, dia sudah pergi meninggalkan hidupku.

Aku pulang tanpa seorang kawanpun, aku berjalan perlahan diantara kebimbangan, menyesal aku telah meninggalkannya, meyesal membiarkan diriku kehilangan malaikat penyejuk hatiku, menyesal aku membiarkannya mungkin mencoba menghapus bayanganku ini. Aku hanya mampu berharap pada Tuhan untuk menegarkan hatiku yang teriris perih ini.

Setibanya dirumah aku berfikir kembali untuk mengunjungi sekolahan ku seminggu lagi, aku berjanji akan menunggunya lagi walau dia tidak akan kembali sekalipun, ini pengorbanan ku untukmu cinta :')
Di rumah, hati ku berdoa setiap detik untuk bisa melihatnya kembali, walau dia sudah bersama yang lain aku tidak peduli yang aku inginkan adalah menghilangan perasaan yang menyengat batinku ini, cukup itu saja.

Sudah seminggu, ini waktunya aku mengunjungi sekolahan ku lagi, kondisi fisikku dalam keadaan tidak sehat tapi aku memaksaan keadaan untuk janjiku ini, aku kembali memandangi segerombolan tim basket itu yang masih bermain sampai sesore ini, kali ini riuh teriaknya lebih keras dari yang seminggu lalu, tapi aku anggap itu angin lalu. Tubuh ku terasa sangat lemas, mata ku segera meneliti tempat untuk aku beristirahat, aku mendapatkan tempat yang strategis, ya dimana lagi kalau bukan dibawah pohon penuh romansa itu. Aku berjalan pelan, mata ku kini penuh dengan kunang-kunang yang menari kesana kemari. Tubuh ku terhempas ke bawah, ditarik gravitasi, tapi aku merasakan sesuatu yang menahannya, aku merasakan jemari hangat seseorang mengengam erat lengaku, berharap itu Senja, tapi itu bukan dia melainkan salah satu anggota tim basket tadi. Mataku mulai terlelap, dikala itu aku merasakan rambutku diusap beberapa kali. Beraninya anak itu mengusap rambutku, apa dia tidak tahu bahwa aku seniornya? Aku segera mengelakkan tangannya dari kepalaku.`

"Hei kamu, sopan sedikit sama senior kamu". Ucapanku membentak.

"Maaf ya kakak cantik". Dengan nada manja.

Aku mengenal suara itu, aku segera membuka mata, dan ternyata aku memandangi senja yang sudah mulai berganti malam, ahh bukan itu tapi aku melihat Senja, ya Senja yang aku harapkan. Aku menatap dalam matanya, kini dia sudah duduk disampingku, setengah tidak percaya, aku sesekali menggosok mataku, dia tetap tersenyum.

"Hai". Ucapnya pelan.

Penampilannya tidak berubah sama sekali, hanya saja baju basket yang sepertinya masih baru yang digunakannya menggunakan nomor keberuntunganku 21 dan disana tertulis namaku MENTARI, aku hanya tersenyum tipis melihatnya, dan mulai tertawa lebar. Kami saling menanyakan kabar satu sama lain, ditengah percakapn, aku memarahinya. "Kenapa kamu hilang dariku? Apa kamu tidak mau aku tahu dimana kamu?" Ucapan ku terucap spontan, begitu juga dia.

"Kamu yang menghilang, setelah kita menerima hasil kelulusan, aku ingin mendatangi mu tapi kamu malah pergi, pergi selama ini padahal aku ingin mengucapkan bahawa aku sudah berubah dan masih ingin mencintaimu selamanya".

"Jadi, selama ini kamu sama seperti ku menunggu hadir seseorang untuk kembali, membiarkan hati kita diisi ketidakpastian cinta?".

"Benar, itu yang aku lakukan demi kamu yang mampu membuat ku berubah". Air mukanya tersenyum manis.

Langsung saja aku memeluk tubuhnya, aku menangis di pelukannya sepuas yang aku mau, aku memintanya untuk kembali ke hatiku, mengisi kepastian ini, dan dia menyanggupinya dia pun berjanji sudah berubah sejak dulu, keegoisannya memang terlihat tanggal dari dirinya. Kebahagiaan ku kembali untuk selama-lamanya.

Badanku masih lemas di pelukannya, dia merangkul taganku untuk kembali duduk, di saat itu dia kembali memanggil namaku dengan manja dan mengusap rambutku dengan kehangatan jemarinya.

Kini Senja sudah menjadi kawan hidup sang Mentari, menjadi penutup senja menjelang malam, dan sang malam pun kini menunggu bulan untuk menjadi kawan hidupnya di malam yang sunyi.

Bayanganku ada untukmu dan bayangan mu akan ada untukku, samapi akhir waktu aku bersama mu, SELAMANYA. AMINNN :)



Terimakasih untuk mu Tuhan, apa yang aku lantunkan di dalam hati ini engkau kabulkan juga.


               With Love






          Nurhayatii Zaiinal ♥

Jumat, 06 April 2012

My Prince Imagination (Part 2)

"Cinta bukanlah sesuatu yang gampang datang, tetapi cinta adalah dimana seseorang mampu bertahan memperjuangkan cinta"

Kalimat itu selalu terngiang-ngiang di telingaku ketika aku m,engingat perjuangan hatiku dimana aku sudah bertahan lama terhadap makhluk tuhan yang belum pasti akan menjadi garis takdirku.

Kakiku kini telah melewati garis batas sekolah, hari ini aku benar-benar dalam keadaan murung. Tidak ada perjumpaan anatar aku dan dirinya, aku melewati kelasnya beberapa kali tetapi dirinya tidak kunjung tampak. "Ahh gue galau lagi" Ucapku kesal.

Sesampainya di kamar, aku m,enghempaskan tubuhku di kasur empuk berwarna hijau muda. Sesekali mataku melirik ke sebuah benda yang kugenggan, aku menanti suara lucu dari benda itu.
"Ahh, tetap saja kamu tidak menghubungiku". Aku membanting guling ke dinding.

Tubuhku terasa digoyangkan, aku merasa seperti ada gempa.
"Reren, bangun makan malam dulu". Suara lembut itu berbisik pelan.

Mataku terbuka, cahaya lampu mulai bereaksi dengan pupilku.
"Hoamm, iya ma, bentar lagi aku keluar, aku mau ganti baju dulu, dari tadi aku tidur pake baju sekolah". Tawaku sambil menahan uap kantuk.

Mama menggangguk tanda meniyakanku, sepuluh menit kemudian aku sudah berada di meja makan. Kali ini aku makan dua porsi macam makanan. Satu makan nasi, dan yang satunya lagi makan hati. Sampai detik ini belum ada pesan singkat darinya. Menunggu itu adalah keresahan terbesar dalam hidupku. 

Aku sudah berada kembali di dalam kamar, AHA!!! Aku menoleh ke handphone dan melihat ada pesan singgah ke hanphone ini. Aku berharap ini dari dia dan dia . . . Ini pesan dari ALVIN !!! Ya dario Alvin, ahh bahagianya hati ini.

Maaf ya ren, aku ngak sempat balas sms kamu tadi malam.

Ya, gpp kok Vin :)

Aku sudah bahagia saat ini, walau ada kekecewaan terselip karena pesan darinya baru singgah jam 08.00 malam. tapi biarkan saja. Cinta itu bukan untuk dimarahi, tetapi untuk dimaafkan

Oh ya, bagaimana kabar kamu disekolah tadi???

Tanpa malu-malu aku langsung mengungkapkan luapan isi hatiku, aku benar-benar rindu padanya.

Ohh aku benar-benar galau seharian solanyaaku ngak ngelkiat wajah kamu ahahaha... *Kiddink
Yaa lumayan menyenangkan juga.

Aku menulis pesan singkat ini untuk mengingatkannya secara halus bahwa aku rindu, berharap pria menghanyutkan itu merespon pesanku. Tapi apa jawabannya.

Hmm baguslah, kalau gitu, hehe...

Jawaban seperti itu memang membuatku makan atau nyesek bagi istilah anak labil zaman skarang. Tidak biasanya ia bersikap tidak tidak perhatian seperti ini, memang dia bukan kekasihku, tetapi aku tau dia menyayangi ku begitu juga sebaliknya. Jadi wajarkan kami saling perhatian???. Aku terus membalasi membalasi pesan darinya dengan rasa kecewa yang kian menggunung, tapi aku tetap bersyukur sampai detik ini dia tetap menghubungiku.

Kringgg . . . Kring . . .
Tanganku menyentuh jam weker berwarna putih, jemariku mencari tombol untuyk menhentikan suara nyaring itu dan jemariku berhasil menekan tombol "Off". Aku terbangun dikala oksigen murni masih sempat kuhela dengan kedamaian alami. Refleks saja kakikiu melangkah menuju kamar mandi, beberapa saat kemudian aku sudah berada dijalanan setapak tempat dimana aku akan menujuu sekolahku yang hanya berjarak 500 meter. Aku diiringi aura biru, dengan harapan aku melihatnya tersenyum menatapku dan memanggil namaku, itu harapanku hari ini.

Jam istirahat tengah berlangsung, aku bersama sahabatku Vira, hendak menuju ke kantin. Ketika itu aku melewati kelas Alvin. Tapi dikelas itu aku tidak melihatnya, aku merunduk layu, sementara sahabatku mengenggam erat tanganku, hampir saja membuatku berteriak.

"Aaa. . . apaan sih loe Vir". Tanyaku sambil mengusap tangan kiriku.

"Isshh, ne anak, tadi Alvin lewat disebelah loe, loe nya aja yang nunduk kayak kucing kesamber, eh tadi dia liatin loe tuh".

"Masak sih Vir, ya kalo dia ngeliatin gue bagus deh, tandanya dia tu masih perhatian sama gue". Ucapku sambil menyunggikan senyum.

Sesampai di kantin, kami membahas mengenai Alvin lagi, ahh lagi-lagi dia. Ternyata dia sudah lama menjadi racun dalam darahku disaat aku rindu dan sepi, otakku terfokus untuknya, bayangannya rupanya tegak, nyata dan diperbesar. Tidak ada pemikiran selain dirinya. Pembicaraan kami terhenti sejenak saat makanan yang kami cicipi habis dilahap. Aku dan Vira akan menuju kelkas, lagi-lagi aku sengaja melewati kelas pria manis itu. Dan Opps!!! Aku melihatnya sedang berdialog dengan salah seorang gadis yang berpenampilan anggun dengan cardigan berwarna peachnya. Ahh jujur saja aku merasakan hawa cemburu mulai membakar ubun-ubunku. Tapi memangnya dia siapa aku??? Bukan siapa-siapa. Lebih baik aku abaikan saja, aku harus berfikiran positif, bisa saja gadis yang anggun tadi hanya salah seorang teman Alvin yang ingin menanyakan sesuatu.

Aku sudah berada kembali di bangkuku, bayanganku tertuju lagi kepada Alvin, kini imajinasiku membayangkan bahwa nanti dia akan mengantarku sepulang sekolah nanti seperti yang pernah dia lakukan padaku sebanyak empat kali. Saat pulang nanti, aku ingin merasakan kembali atmosfer udara yang menyesakkan dadaku, tatapan mata yang ingin kulihat tapi aku takut dan ucapan dari mulutku yang terbata-bata, dan semua hal itu merupakan hal yang indah.

Bel pulang sekolah mempunyai tugas bernyanyi riang, aku sendirian mondar-mandir di depan kelasku menanti pesan singkat darinya yang mungkin saja berisi ajakannya untuk bertemu atau apalah, tetapi tidak ada, layar handphoneku hanya kosong, dan aku tersadar aku sudah berdiri disini selama 15 menit. Aku pasrah, aku memiulih untuk pulang sendirian, aku menuruni tangga secara perlahan.

"Hai Reren". Suara iotu sepertinya berasal dari arah belakang, aku membalikan tubuhku ke belakang. "Hai". Ucapku pelan.

"Udah mau pulang ya". Ia menyunggikan senyumnya untukku "Apa mau akuaaa...". Ucapannya terhenti.

"Ya aku udah mau pulang, kenapa". 

"Ngak kenapa-kenapa kok, ya udah  pulangnya".

"Iya". Aku melemparkan senyumu secuil, dalam hati aku tahu ia ingin mengantarkanku pulang, tapi sepertinya dia malu, gugup atau sejenisnya atau apalah.

Kami menurunu jejang bersama, terpisah diantara arah jalan pulang yang berbeda, yapp atmosfer udara yang menyesakkan kini kurasa walau hanya sesaat saja, bersama pangeran imajinasiku, suatu saat aku berharap dia bukan lagi seorang pangeran imajinasi tetapi pangeran yang nyataku. AMINN :)

"Vir, gue benar-benar jatuh cinta, gue udah terlanjur sayang sama Alvin". Sambil merebahkan tubuhku di atas kasur.

"Gue tau kok Ren, dari tatapan mata loe aja gue udah terka, gue yakin cinta loe tulus ke dia dari hati".

"Ahaha, tau aja loe, oh ya besok kan kita ada olahraga di lapangan, gue mau datang pagi-pagi terus gue mau luapin isi hati gue, gue pengen teriak biar gue lega".

"Serius loe mau lakuin itu Ren??? Gue ikut dong".

"Ceep ceep ceep, ya udah gue maumakan makan dulu ya, bye".

"Bye" Aku segera menekan tombol berwarna merah pada layar handphoneku pembicaraan kami selesaiu saat itu juga,

Kringgg . . . Kringgg . . .
Suara itu kembali terdengar di pagi buta, jemariku kembali melakukan tuganya untuk m,ematikan suara yang nyaring itu. Aku bangun lebih cepat, nanti aku dan teman-teman sekelas akan melaksanakn olahraga di sebuah lapangan yang berjarak 3 KM dari sekolahanku.

Pukul 06.30 pagi, aku d\sudah menginjakkan kaki dilapangan ini, satu jam sebelum acara ini dimulai. Aku melihat kesekeliling lapangan, tidak ada seorang pun disana kecuali para olahragawan yang tengah berlari kecil mengelilinggi lapangan itu, sesekali para olahragawan itu terdengar mengambil nafas dalam-dalam. Vira belum juga datang, tapi itu lebih baik aku bisa meluapakn isi hatiku sepenuh hati dan semauku.

Suaraku mulai beraksi.
"Woii Alvin . . . Gue sayang banget sama loe. . . Tolong jangan bikin gue patah hati, sumpah gue cinta berat sama loe, udah banyak pengeorbanan yang gue lkakuin ke loe, dan sebagian besar itu pengorbanan yang konyol. Tapi loe ngak pernah berkorban demi gue, mungkin loe cuma imajinasi bagi gue, tapi rasa gue nyata gue nyata buat loe Alvin". Suaraku menggema kesegala sudut, aku lega sudah melampiaskan perasaanku walau dengan cara yang lagi-lagi kusebut konyol. Ini sebuah pengorbanan demi sebuah imajinasi.

"Are you serious???" Suara lembut itu muncul.

Aku tidak tahu darimana asal suara itu, aku membalikkan arah tubuhku ke belakang.

"Joe" ucapke setengah terkejut "Ngapain kamu kesini, seharusnya kamu ke sekolah, jadwal olahraga kamu kan bukan sekarang".

"Ya tadi ada sahabat kamu, nyuruh aku kesini, katanya aku bakal dapat surprise gitu, makanya aku kesini buat hilkangin rasa penasaran. Dan ternyata surprisenya kamu mengungkapkan perasaan kamu ke aku ya".

"Ihh apaan sih??? Pasti ini ulah Vira, mana tu bocah???". Ucapku setengah menahan malu.

"Noh di luar, eots tapi jangan keluar dulu, emang tadi kamu jujur ungkapin perasaan kamu???". Tanyanya sambil menyunggingkan senyum lebarnya.

"Kalo iya emang kenapa" dengan nada menantang "Emang itu kenyataannya ya gimana lagi, aku tahu kamu punya perasaan yang sama kayak yang aku rasain, tapi kenapa kamu ngak berani ungkapin ke aku???" Hening sesaat "Apa kamu ingat dulu ketika kamu meminjam novelku, kamu datang terlambat, padahal aku sudah menunggumu selama satu jam, hanya dmi pertemuan kita yang hanya tiga menit". Aku menahan bendungan air mata.

"Ya aku ingat" nada bicaranya melemas "Memang aku juga mempuyai perasaan yang sama ke kamu, tapi aku takut untuk mengungkpakan".

"Kenapa, apa kamu sudah ada yang punya, yang sudah memiliki hat paten untuk kamu???".

"Bukan, bukan begitu, hanaya saja jika aku ungkpakan, aku takut suatu saat nanti aku tidak mampu membuatmu kembali tersenyum".

"Apa hanya itu yang kamu fikirkan, apa kamu tidak menyadari aku selalu disini menanti kamu disudut kegelapan, setiap kali ada kamu aku mempunyai semagat tinggi, setiap aku bercermin, bayangan tawamu selalu berada di balik cermin itu. Aku yakin ini cinta Vin".

"Maaf Ren, aku merasa begitu bodoh. Selama ini kamu mungkin berfikir bahwa aku menjauhimu, aku mulai membencimu, aku bosan, tapi itu bukan kenyataan yang sebenarnya. Baik, aku akan mengambil keputusan". Sambil merendahkan tubuhnya "Maukah kamu menjadi pendamping hatiku???". Ucap Alvin agak terbata-bata.

"Hmm apakah harus aku jawab saat ini juga???" Wajahku kembali tersenyum "Ya!!! Aku mau menjadi pendamping hatimu, bahkan untuk selamanya".

"Semoga kita selalu bersama, sekarang aku bukan pangeran imajinasi kamu lagi kan???".

"Tentu saja tidak, sekarang kamu adalah bagian dari kenyataanku". Mataku melirik ke arah jam tangan mungil ku "Ya am,pun, 15 menit lagi gerbang sekolah bakal tutup tuh, cepetan pergi sana".

"Oh ya, aku berangkat dulu ya sweetheart, its the best day ever".Pria manis itu melantunkan sebait lirik lagu.


"Yah malah nyanyi, ya udah hati-hati ya. Alvin, sebenarnya aku masih mau menatap mataku lebih lama, tapi waktu yang memisahkan kita sejenak".

Hari ini kami sudah menyandingkan hati kami satu sama lain, ternyata tuhan menakdirkan garis jalan hidupku seperti ini. Cinta itu memang sederhana, hanya ada aku dan kamu selebihnya hanya penonton.

Dari sudut kejauhan Vira datang. . .
"Vir, gue udah jadian sama Alvin, haha gue nya yang mau marah sama loe ngak jadi deh".

"Aseekk akhirnya tak tik gue tadi berhasil".
"Bisa aja loe Vir".

Kami tertawa bersama, saling berbagi rasa kebahagiaan, aku kini bukan berimajinasi lagi, tapi aku menghadapi kenyataan yang semanis lollypop. Ya skenario tuhan mamang sangat sulit ditebak, dan kini aku telah menjadi pemenang dan tetap selamanya pemenang :)



        With Love






   Nurhayatii Zaiinal ♥