Selasa, 10 April 2012

Secercah Senja untuk Mentari Yang Akan Terlelap

Kini Senja sudah menjadi kawan hidup sang Mentari, menjadi penutup senja menjelang malam, dan sang malam pun kini menunggu bulan untuk menjadi kawan hidupnya di malam yang sunyi
 
Aku menghempaskan tas yang penuh dengan buku-buku sekolah yang berlebihan muatan yang dimana buku-buku itu akan aku kembalikan  ke perpustakaan, bukan aku keberatan beban tapi aku sedang meluapkan emosiku dihadapan seseorang yang tengah mengintrogasiku secara berlebihan.
Dia adalah seorang kekasihku Senja, sejak tadi aku heran dengan sikapnya yang agak berlebihan, dia menyangka aku telah mengacuhkannya tadi malam berkata aku sedang bersama seseoranng atau apalah yang ingin disebut, hal itu terjadi sebab aku tidak membalas pesan singkat yang dikirimkannya pukul 10.30 malam. Ohh tuhan yang benar saja biasanya sekitar jam itu para pelajar sudah terlelap pulas kecuali bagi yang sedang sibuk berkutat belajar untuk esok hari.
Aku sudah menjelaskannya dengan sabar bahwa aku sudah terlelap, tetapi dia tetap saja meninggikan egonya berkata bahwa aku sudah tidak acuh dengannya. Menurutnya apa setiap detik aku selalu terkekang untuknya??? Masih ada hal pasti yang ingin aku lakukan. Aku berharap dia mengerti keadaanku ini.

"Senja, apa kamu tidak mau mendengarkanku dulu? Kamu selalu saja mementingkan ego kamu itu, selama ini aku sudah cukup sabar, tapi karna kesabaranku itu kamu semakin menjadi-jadi, apa kamu tidak mengerti itu?" Aku mengambil tasku dan buku-buku yang berserakan "Ya udah terserah kamu aja, yang penting mulai detik ini kamu ngak usah temui aku, lagian kita kan udah selesai UN, selesai tamat dari SMA ini kita akn terpisah satu sama lain, walau jujur hatiku terlalu berat untuk melepasmu". Aku menahan mendung kecil menelesuri pipiku.

"Tari, aku minta maaf ya, aku cuma takut kehilangan kamu aja".

"Ya udahlah, aku udah maafin kamu, tapi kalau kamu mementingkan keegoan kamu, itu terlalu sakit buat aku, apa kamu tahu? Aku hanya butuh sebuah pengertian tidak lebih dari itu. Lebih baik kita jalani hidup kita masing-masing.

Kakiku melangkah cepat meninggalkan Senja, kini dia bukan siapa-siapa ku lagi. Mataku sudah dirundung hujan deras, aku tidak sanggup menahan ini, tapi ini demi kebaikan kami bersama, terlebih kebaikanku juiga.

Hari yang aku dan teman-teman seangkatan ku tunggu telah tiba, ini penerimaan hasil kelulusan. Aku tersenyum bahagia saat semua siswa siswi dinyatakan lulus. Dikala mereka sibuk dengan kertas berisi pernyataan kelulusan itu, mataku tengah sibuk mencari wajah Senja, tepat arah jam 2 aku melihatnya tengah menatapku juga, aku melihat senyumnya, wajahku segera kualihkan, aku tahu ini mungkin pertemuan terkahir ku dengannya, tapi tetap saja aku selalu tersesat di hatinya. Untuk melupakannya saja tidak mungkin, ada setitik penyesalan aku meretakkan hati kami yang telah bersatu lebih dari 2 tahun. Tapi apa aku harus mengatakannya sekarang bahwa aku ingin kembali lagi? Aku takut sangat-sangat takut.

***

Kakiku melangkah cepat saat aku hendak meninggalkan ruang kuliah di sore itu, aku hendak menuju ke kost ku, ingin kuhempaskan tubuhku secepatnya, benar-benar letih hari ini.  Sudah 2 tahun aku disini, tapi baru kali ini aku merasakan keletihan yang berbeda. Sesampainya di tempat tujuan aku merebahkan tubuhku sepuasnya, refleks saja aku terbangun mengingat dulu sebelum ke Yogya aku pernah membawa kotak mungil berisi perhiasan murahan ku yang lucu, tapi nukan itu yang aku cari, aku teringat bahwasanya aku pernah meletakkan kartu memory ku di dalam kotak itu, aku ingin mendengar lagu saat masa putih abu-abuku ku dulu. Aku mencari kota itu, dan AHA!!! Ketemu!!! Segera aku memindahkan kartu kecil itu ke dalam handphone ku, aku mengotak atik isi didalamnya, aku memutar lagu saat aku masih bersama Senja, aku melihat kenangan abadi sebuah foto aku dengannya, saat aku ulang tahun. Begitu terasa indah, tanpa sadar air mataku membasahi layar handphone ku. Lagi-lagi bayangan ku tertuju padanya. Aku rindu ingin pulang ketempat asalku, terutam,a mengunjungi SMA tempat kenangan romantis selalu ada disana.

Liburan, ya saat nya aku pulang. Menaiki pesawat, menaiki mobil selama 2 jam ternyata cukup melelahkan juga. Aku pulang disambut hangat mama dan papa, disambut makanan yang masih hangat juga. Aku bercerita saat aku berinteraksi disana, bagaimana jadwal keseharianku, mereka mendengarkanku dengan penuh semangat. Apakah aku sudah benar-benar kembali ke rumah? Tempat dimana aku mendapatkan kehangatan yang nyata.

Pagi ini, aku bisa merasakan udara segar menyelimuti seluruh paru-paruku, di hari kedua ini aku merasa terindu untuk mengunjungi SMA ku, mumpung saat ini hari Minggu, aku berangkat pagi-pagi sekali. Setibanya disana, aku melihat segerombolan tim basket bermain dengan kelihaiannya, seperti yang Senja lakukan dulu setiap Minggu pagi, teringat aku ketika dia mengajariku teknik bermain basket, selalu kegagalan yang aku alami tiap aku melemparkan benda bundar itu ke ring, selalu kepalaku yang menjadi korban keganasan bola itu, sesekali kepalaku dihantam benda itu, tapi Senja selalu mengelus kepalaku dikala aku meringis dan senyum manisnya keluar dengan sumringah.

Tanpa terasa air mataku menetes, tapi bibir ku tetap tersenyum, kenangan di SMA ini membuat dadaku sesak. Aku melangkahkan kaki ke sebuah pohon dimana kami dulu pernah mendengarkan lagu romantis bersama, di kala itu aku berharap Senja datang mengunjungiku dan memanggil namaku dengan nada manja  sekali lagi. Tapi apa daya, harapan itu kosong. Hanya suara bising teriak para pemain basket itu. Aku menoleh sesekali ke arah mereka memastikan Senja terlibat di dalam permainan itu, ahh percuma saja, dia tidak akan kembali, dia sudah pergi meninggalkan hidupku.

Aku pulang tanpa seorang kawanpun, aku berjalan perlahan diantara kebimbangan, menyesal aku telah meninggalkannya, meyesal membiarkan diriku kehilangan malaikat penyejuk hatiku, menyesal aku membiarkannya mungkin mencoba menghapus bayanganku ini. Aku hanya mampu berharap pada Tuhan untuk menegarkan hatiku yang teriris perih ini.

Setibanya dirumah aku berfikir kembali untuk mengunjungi sekolahan ku seminggu lagi, aku berjanji akan menunggunya lagi walau dia tidak akan kembali sekalipun, ini pengorbanan ku untukmu cinta :')
Di rumah, hati ku berdoa setiap detik untuk bisa melihatnya kembali, walau dia sudah bersama yang lain aku tidak peduli yang aku inginkan adalah menghilangan perasaan yang menyengat batinku ini, cukup itu saja.

Sudah seminggu, ini waktunya aku mengunjungi sekolahan ku lagi, kondisi fisikku dalam keadaan tidak sehat tapi aku memaksaan keadaan untuk janjiku ini, aku kembali memandangi segerombolan tim basket itu yang masih bermain sampai sesore ini, kali ini riuh teriaknya lebih keras dari yang seminggu lalu, tapi aku anggap itu angin lalu. Tubuh ku terasa sangat lemas, mata ku segera meneliti tempat untuk aku beristirahat, aku mendapatkan tempat yang strategis, ya dimana lagi kalau bukan dibawah pohon penuh romansa itu. Aku berjalan pelan, mata ku kini penuh dengan kunang-kunang yang menari kesana kemari. Tubuh ku terhempas ke bawah, ditarik gravitasi, tapi aku merasakan sesuatu yang menahannya, aku merasakan jemari hangat seseorang mengengam erat lengaku, berharap itu Senja, tapi itu bukan dia melainkan salah satu anggota tim basket tadi. Mataku mulai terlelap, dikala itu aku merasakan rambutku diusap beberapa kali. Beraninya anak itu mengusap rambutku, apa dia tidak tahu bahwa aku seniornya? Aku segera mengelakkan tangannya dari kepalaku.`

"Hei kamu, sopan sedikit sama senior kamu". Ucapanku membentak.

"Maaf ya kakak cantik". Dengan nada manja.

Aku mengenal suara itu, aku segera membuka mata, dan ternyata aku memandangi senja yang sudah mulai berganti malam, ahh bukan itu tapi aku melihat Senja, ya Senja yang aku harapkan. Aku menatap dalam matanya, kini dia sudah duduk disampingku, setengah tidak percaya, aku sesekali menggosok mataku, dia tetap tersenyum.

"Hai". Ucapnya pelan.

Penampilannya tidak berubah sama sekali, hanya saja baju basket yang sepertinya masih baru yang digunakannya menggunakan nomor keberuntunganku 21 dan disana tertulis namaku MENTARI, aku hanya tersenyum tipis melihatnya, dan mulai tertawa lebar. Kami saling menanyakan kabar satu sama lain, ditengah percakapn, aku memarahinya. "Kenapa kamu hilang dariku? Apa kamu tidak mau aku tahu dimana kamu?" Ucapan ku terucap spontan, begitu juga dia.

"Kamu yang menghilang, setelah kita menerima hasil kelulusan, aku ingin mendatangi mu tapi kamu malah pergi, pergi selama ini padahal aku ingin mengucapkan bahawa aku sudah berubah dan masih ingin mencintaimu selamanya".

"Jadi, selama ini kamu sama seperti ku menunggu hadir seseorang untuk kembali, membiarkan hati kita diisi ketidakpastian cinta?".

"Benar, itu yang aku lakukan demi kamu yang mampu membuat ku berubah". Air mukanya tersenyum manis.

Langsung saja aku memeluk tubuhnya, aku menangis di pelukannya sepuas yang aku mau, aku memintanya untuk kembali ke hatiku, mengisi kepastian ini, dan dia menyanggupinya dia pun berjanji sudah berubah sejak dulu, keegoisannya memang terlihat tanggal dari dirinya. Kebahagiaan ku kembali untuk selama-lamanya.

Badanku masih lemas di pelukannya, dia merangkul taganku untuk kembali duduk, di saat itu dia kembali memanggil namaku dengan manja dan mengusap rambutku dengan kehangatan jemarinya.

Kini Senja sudah menjadi kawan hidup sang Mentari, menjadi penutup senja menjelang malam, dan sang malam pun kini menunggu bulan untuk menjadi kawan hidupnya di malam yang sunyi.

Bayanganku ada untukmu dan bayangan mu akan ada untukku, samapi akhir waktu aku bersama mu, SELAMANYA. AMINNN :)



Terimakasih untuk mu Tuhan, apa yang aku lantunkan di dalam hati ini engkau kabulkan juga.


               With Love






          Nurhayatii Zaiinal ♥

Tidak ada komentar:

Posting Komentar