Doa-doa indah kulanturkan setiap detik
hanya untuk seseorang yang amat ku cinta, dan Tuhan mendengarkannya, aku
hanya tersenyum dan berterimakasih. . . .
Matahari mulai menampakkan wajah lelahnya sore ini, seorang gadis bermata coklat tua yang bernama Laras baru saja selesai melaksanakan kegiatan olahraga bersama teman-teman sekelasnya di salah satu lapangan hijau yang berjarak kurang lebih 2 kilometer.
Baru saja keluar dari pintu utama lapangan itu, Air muka gadis manis itu tampak begitu lelah, tetapi sesekali dia tersenyum manis ke salah satu pria yang ada di sebelahnya. Ya pria itu bernama Ryan yang merupakan kekasih ALaras. Sambil berjalan, sesekali pasangan dua sejoli itu tertawa lepas.
“Duh, capek banget ya hari ini” Ryan menghela oksigen sesaat “Kita cari tempat makan dulu yuk”. Kali ini dia melepaskan oksigen yang dihirupnya.
“Okidoki, perut aku udah ngeSguffling ni trus tenggorokanku benar-benar kering, gara-gara kita olahraganya agak lama”.
“Dasar tembem, diajakin makan langsung nurut, hobby banget ya tembemku makan”. Ucap pcowok tampan itu manja.
“Ahaha. . . Sangat suka, ingat prinsip hidup aku Makan untuk hidup, Hidup untuk makan”. Laras tertawa lepas.
Tembem adalah panggilan kecil dari Ryan, Laras yang mempunyai hobby makan selalu menjadi tawaan kecil. Biarpun hobby makan tetap saja tubuh Laras tidak melebar.
“Ya deh prinsip yang hebat”. Kali ini Ryan tersenyum manis “Eh. . . Ada resto fast food tuh, kita kesana aja ya”.
Laras mengangguk mengiyakan ajakan pangeran hatinya. Fisik Laras memang terlihat begitu lelah, tetapi tidak dengan bathinnya yang saat ini tengah beristirahat disamping hati Ryan, terasa begitu teduh.
Newton bisa saja memiliki hukum gaya gtavitasi untuk benda-benda dibumi ini, tapi hatiku tidak akan pernah terjatuh hanya karena gaya gravitasi.
Selang beberapa menit kemudian, mereka berdua telah selesai melepas dahaga dan mengisi perut mereka. Ini waktunya mereka pulang, mereka saling berpamitan.
“Ryan, aku duluan ya, makasih banyak buat hari ini.” Dengan gaya khasnya Aci melambaikan tangannya dua kali.
“Ya, eh besok jangan lupa ya nonton pertandingan basket aku.”
"Ohh. . . Ceep, ntar aku bakal jadi supporter paling heboh, oh ya pas abis pertandingan aku mau kasih kamu kado spesial, aku bakal” Sambil berfikir “Aku bakal lemparin bola basket kekepala kamu”. Laras tersenyum sinis.
“Ha. . . Usilnya bangkit lagi deh, ya udah aku pulang ya bye my love ingat ya aku selalu cinta kamu”. Ucapnya berulang-ulang
Laras agak aneh dengan kalimat yang dilontarkan Ryan, tidak biasanya dia mengucakan kalimat itu, berulang-ulang ahh tapi Laras mengganggap itu sebagai angin lalu. Di sisi lain, Ryan menanti bayangan gadis pujaannya menghilang terlebih dahulu, baru ia beranjak pergi.
Hari Minggu, ini adalah hari pertandingan basketnya Ryan, tetapi Ryan tidak tampak sejak pertandingan berlangsung, Air muka Laras kini terlihat cemas. Beberapa menit kemudian ia mendapat telefon bahwa dalam perjalanan menuju temapt pertandingan Ryan mengalami kecelakaan. Sontak saja ia langsung menuju rumah sakit tempat Ryan kini dirawat.
Sesampainya di sana, Laras mendapati Ryan tengah tertidur lelap. Laras bisa sedikit bernafas lega tetapi ada hal yang kini membuat dadanya terasa sesak, ternyata kini Ryan tengah koma. Laras hanya bisa tertunduk pasrah, berualng kali bibirnya melantunkan doa-doa memohon keselamatan Ryan, dia yakin bahwa Ryan akan segera sadar dan bisa melemparkan senyum hangatnya lagi untuk Laras. Tetapi tidak!!!!
Ryan, sudah terbaring lemah di kasur berwarna biru itu selama 21 hari, tanpa membuka matanya sedikitpun. Laras tetap menunggu Ryan, setiap pulang sekolah gadis yang menyukai geografi itu selalu mengunjungi Ryan, terkadang setiap ada jadwal libur, Laras nginap di rumah sakit. Tak heran jika keluarga Ryan mulai dekat dengannya dan sudah menganggapnya seperti kelurga.
"Laras, apa kamu tidak kerepotan nginap disini". Tanya Mama Ryan.
"Oh, ngak kok tante" sambil mengambil sebotol air mineral "Laras nginap disini kan jagain Ryan". Laras tersenyum manis.
"Iya deh, kalo kamu kerepotan ngomong aja sama tante".
"Laras ngak bakal kerepotan kok tante, semua yang Laras lakuin dari hati"
"Kamu memang yang terbaik Laras, tante percayakan kamu sama Ryan"
Laras baru tersadar kali ini Ryan sudah pulas terlelap selama 2 tahun lebih, yang artinya Laras sudah menduduki bangku SMA tingkat akhir. Laras tetap menyandingkan hatinya untuk Ryan, tidak ada seorang pria pun yang membuat hatinya tertarik. Ini kekuatan cinta sejati.
Ini waktunya Ujian Nasional, kai ini Laras ingin fokus dulu untuk hal penting itu, dia sudah agak jarang mengunjungi Ryan, keluarga Ryan memaklumi hal itu. Hingga saat nya penentuan kelulusan. Laras berhasil lulu dengan peringkat ke 3 disekolahnya. Terlebih dahulu ia mengunjungi rumahnya dan berangkat ke rumah sakit membawa kabar gembira.
Sesampainya disana, air muka Laras terlihat bahagia karena kelulusannya, selang beberapa menit, air muka Laras berganti aura menjadi kelam. Laras memandangi wajah Ryan, mengingat awal mereka berjumpa, berkenalan, dan saat mereka menyatukan hati mereka, mereka sudah bersama selama dua tahun lebih, dan ada hal yang membuat bibir Laras tertarik keatas, saat ini Ryan masih dibangku SMA dan Laras sudah tamat. Terasa sedikit konyol.
Laras memutuskan untuk kuliah di Bandung, disana Laras mengalami godaan untuk melupakan Ryan, tapi itu smua terhalangi berkat sebuah gambar ukuran dompet yang tersimpan di buku harian Laras, dan panggilan telefon dari keluarga Laras.
"Ternyata mereka masih mengingatku, layaknya aku mengingat Pangeranku". Sambil menggengam telefon selulernya.
Setiap ada waktu libur, Laras rutin mengunjungi daerah asalnya Bukittinggi, jarak Bandung-Bukittinggi bisa terbilang memakan waktu yang tidak sedikit. Tapi rasa lelah yang ada dibathin Laras tidak pernah sedikitpun buyar untuk mengunjuingi seseorang yang tengah terlelap pulas itu. Laras yang kini sudah berada pada semester 4, kini gadis itu tengah liburan dan kebetulan hari ini peringatan hari bersatunya m,ereka selama 5 tahun.
Laras menjejalkan kakinya didepan kamar inap Ryan, dari luar ia mendengar suara raungan seorang wanita yang tak lain dan bukan adalah Mama Ryan, Laras masih berdiri di posisi awalnya, denga n rasa penasaran Laras mendengar pembicaraan yang diselingi raungan tangis itu.
"Apa Ibuk yakin dengan hal ini". Terdengar suara seorang dokter pria berbicara.
"Iya, dok kami sudah mengikhlaskan anak kami dengan melakukan suntik mati". Suara isak tangis kini terdengar
Apaaa???? Suntik mati???. Hati Laras berkecamuk deras, apa yang dilakukan keluarganya itu, apa hati nurani mereka sudah lenyap???.
"Apa yang akan tante lakukan?" Laras menerobos pintu "Apa hati nurani tante tidak ada, tante adalah orrangtua kandung Ryan, sedangkan aku hanya pacar yang belum pasti akan menjadi pendmaping hidupnya, tapi aku selalku menunggu Ryan dan yakin dia akn membuka matanya untuk kita". Suara Laras meninggi.
Diam sesaat "Tante sudah pasrah sayang, tante takut dia tidak mampu lagi membuka mata untuk kita, janggap saja dia membuka mata, kemungkinan ingatannya akan hilang sebagian besar" Air mata sang Ibu itu sudah menetes.
"Kemungkinan memang begitu dek". Kali ini dokter itu mulai ikut berbicara.
"Apa??? kemungkinan, ingat keajaiban tuhan itu pasti ada kalau kita semua yakin, mohon tante jangan lakukan hal konyol ini, jika tante melakukannya aku akan kehilangan orang yang mampu membuat hidupku tegar, ingat tante betapa susahnya tante saat mendidiknya hingga sampai saat ini". Laras bersujud dikaki Mama Ryan.
"Kamu" dengan suara lirih dan memandang wajah Laras "Oh tuhan apa yang kulakukan, aku hampir menyia-nyiakan anakku, dokter tolong batalkan rencana ini".
Dokter itu hanya mengangguk dan langsung meninggalkan ruangan itu, Laras menghampiri Ryan, mendekatinya dan membisikkan sebuah kalimat.
"Sayang, apa kamu ingat ini tanggal 21 juni dan kita sudah bersama selama 5 tahun tepat, dan rasaku tetap mseperti awal kita bersama". Laras memeluk tubuh Ryan.
Air mata deras mulai menetes, mendung itu kini tidak bisa ditahan lagi. Mama Ryan hanya bisa melihat denga tatapan iba.
"Laras, tante bangga sama kamu, kamu rela menanti Ryan selama ini".
Laras hanya terdiam, pelukannya semakin erat, kini ia mendengar suara nafas yang keras, ahh mungkin hanya firasatnya. Dan kini ia mendengar suara yang begitu lirih.
"La. . .ras .." suara itu terpenggal dengan nada lirih.
Laras menoleh ke Ryan, dilihatnya mata Ryan sudah terbuka.
"Tante, Ryan sudah sadar". Nada seperti mendapat hoki yang tiada tandingan.
Ryan membuka matanya dengan mengucapkan nama orang yang dicintainya, kini ia terbangun, sudah 4 tahun lebih ia tertidur pulas dan bangun membawa sejuta kebahagiaan. Laras langsung berlari memanggil dokter tadi, sang dokter sangat terkejut melihat hal ini. Keajaiban tuhan bisa menghampirimu kapan saja.
Doa-doa indah kulanturkan setiap detik hanya untuk seseorang yang amat ku cinta, dan Tuhan mendengarkannya, aku hanya tersenyum dan berterimakasih karena telah membukakan matanya untukku :)
Terimakasih tuhan telah mendengarkan doaku, dan memberiku jawaban atas penantian panjang ini. Takdir tuhan memang indah :)
With Love
Nurhayatii Zaiinal ♥