Kamis, 22 Maret 2012

Buka Matamu Demi Aku

Doa-doa indah kulanturkan setiap detik hanya untuk seseorang yang amat ku cinta, dan Tuhan mendengarkannya, aku hanya tersenyum dan berterimakasih. . . .


Matahari mulai menampakkan wajah lelahnya sore ini, seorang gadis bermata coklat tua yang bernama Laras baru saja selesai melaksanakan kegiatan olahraga bersama teman-teman sekelasnya di salah satu lapangan hijau yang berjarak kurang lebih 2 kilometer.

Baru saja keluar dari pintu utama lapangan itu, Air muka gadis manis itu tampak begitu lelah, tetapi sesekali dia tersenyum manis ke salah satu pria yang ada di sebelahnya. Ya pria itu bernama Ryan yang merupakan kekasih ALaras. Sambil berjalan, sesekali pasangan dua sejoli itu tertawa lepas.

 “Duh, capek banget ya hari ini” Ryan menghela oksigen sesaat “Kita cari tempat makan dulu yuk”. Kali ini dia melepaskan oksigen yang dihirupnya.

“Okidoki, perut aku udah ngeSguffling ni trus tenggorokanku benar-benar kering, gara-gara kita olahraganya agak lama”.

“Dasar tembem, diajakin makan langsung nurut, hobby banget ya tembemku makan”. Ucap pcowok tampan itu manja.

“Ahaha. . . Sangat suka, ingat prinsip hidup aku Makan untuk hidup, Hidup untuk makan”. Laras tertawa lepas.

Tembem adalah panggilan kecil dari Ryan, Laras yang mempunyai hobby makan selalu menjadi tawaan kecil. Biarpun hobby makan tetap saja tubuh Laras tidak melebar.

“Ya deh prinsip yang hebat”. Kali ini Ryan tersenyum manis “Eh. . . Ada resto fast food tuh, kita kesana aja ya”.

Laras mengangguk mengiyakan ajakan pangeran hatinya. Fisik Laras memang terlihat begitu lelah, tetapi tidak dengan bathinnya yang saat ini tengah beristirahat disamping hati Ryan, terasa begitu teduh.
  
Newton bisa saja memiliki hukum gaya gtavitasi untuk benda-benda dibumi ini, tapi hatiku tidak akan pernah  terjatuh hanya karena gaya gravitasi. 

Selang beberapa menit kemudian, mereka berdua telah selesai melepas dahaga dan mengisi perut mereka. Ini waktunya mereka pulang, mereka saling berpamitan.

“Ryan, aku duluan ya, makasih banyak buat hari ini.” Dengan gaya khasnya Aci melambaikan tangannya dua kali.

“Ya, eh besok jangan lupa ya nonton pertandingan basket aku.”

"Ohh. . . Ceep, ntar aku bakal jadi supporter paling heboh, oh ya pas abis pertandingan aku mau kasih kamu kado spesial, aku bakal” Sambil berfikir “Aku bakal lemparin bola basket kekepala kamu”. Laras tersenyum sinis.

“Ha. . . Usilnya bangkit lagi deh, ya udah aku pulang ya bye my love ingat ya aku selalu cinta kamu”. Ucapnya berulang-ulang
 Laras agak aneh dengan kalimat yang dilontarkan Ryan, tidak biasanya dia mengucakan kalimat itu, berulang-ulang ahh tapi Laras mengganggap itu sebagai angin lalu. Di sisi lain, Ryan menanti bayangan gadis pujaannya menghilang terlebih dahulu, baru ia beranjak pergi.

Hari Minggu, ini adalah hari pertandingan basketnya Ryan, tetapi Ryan tidak tampak sejak pertandingan berlangsung, Air muka Laras kini terlihat cemas. Beberapa menit kemudian ia mendapat telefon bahwa dalam perjalanan menuju temapt pertandingan Ryan mengalami kecelakaan. Sontak saja ia langsung menuju rumah sakit tempat Ryan kini dirawat.

Sesampainya di sana, Laras mendapati Ryan tengah tertidur lelap. Laras bisa sedikit bernafas lega tetapi ada hal yang kini membuat dadanya terasa  sesak, ternyata kini Ryan tengah koma. Laras hanya bisa tertunduk pasrah, berualng kali bibirnya melantunkan doa-doa memohon keselamatan Ryan, dia yakin bahwa  Ryan akan segera sadar dan bisa melemparkan senyum hangatnya lagi untuk Laras. Tetapi tidak!!!! 

Ryan, sudah terbaring lemah di kasur berwarna biru itu selama 21 hari, tanpa membuka matanya sedikitpun. Laras tetap menunggu Ryan, setiap pulang sekolah gadis yang menyukai geografi itu selalu mengunjungi Ryan, terkadang setiap ada jadwal libur, Laras nginap di rumah sakit. Tak heran jika keluarga Ryan mulai dekat dengannya dan sudah menganggapnya seperti kelurga.

"Laras, apa kamu tidak kerepotan nginap disini". Tanya Mama Ryan.

"Oh, ngak kok tante" sambil mengambil sebotol air mineral "Laras nginap disini kan jagain Ryan". Laras tersenyum manis.

"Iya deh, kalo kamu kerepotan ngomong aja sama tante".

"Laras ngak bakal kerepotan kok tante, semua yang Laras lakuin dari hati"

"Kamu memang yang terbaik Laras, tante percayakan kamu sama Ryan"

Laras baru tersadar kali ini Ryan sudah pulas terlelap selama 2 tahun lebih, yang artinya Laras sudah menduduki bangku SMA tingkat akhir. Laras tetap menyandingkan hatinya untuk Ryan, tidak ada seorang pria pun yang membuat hatinya tertarik. Ini kekuatan cinta sejati. 

Ini waktunya Ujian Nasional, kai ini Laras ingin fokus dulu untuk hal penting itu, dia sudah agak jarang mengunjungi Ryan, keluarga Ryan memaklumi hal itu. Hingga saat nya penentuan kelulusan. Laras berhasil lulu dengan peringkat ke 3 disekolahnya. Terlebih dahulu ia mengunjungi rumahnya dan berangkat ke rumah sakit membawa kabar gembira.

Sesampainya disana, air muka Laras terlihat bahagia karena kelulusannya, selang beberapa menit, air muka Laras berganti aura menjadi kelam. Laras memandangi wajah Ryan, mengingat awal mereka berjumpa, berkenalan, dan saat mereka menyatukan hati mereka, mereka sudah bersama selama dua tahun lebih, dan ada hal yang membuat bibir Laras tertarik keatas, saat ini Ryan masih dibangku SMA dan Laras sudah tamat. Terasa sedikit konyol.

Laras memutuskan untuk kuliah di Bandung, disana Laras mengalami godaan untuk melupakan Ryan, tapi itu smua terhalangi berkat sebuah gambar ukuran dompet yang tersimpan di buku harian Laras, dan panggilan telefon dari keluarga Laras.

"Ternyata mereka masih mengingatku, layaknya aku mengingat Pangeranku". Sambil menggengam telefon selulernya.

Setiap ada waktu libur, Laras rutin mengunjungi daerah asalnya Bukittinggi, jarak Bandung-Bukittinggi bisa terbilang memakan waktu yang tidak sedikit. Tapi rasa lelah yang ada dibathin Laras tidak pernah sedikitpun buyar untuk mengunjuingi seseorang yang tengah terlelap pulas itu. Laras yang kini sudah berada pada semester 4, kini gadis itu tengah liburan dan kebetulan hari ini peringatan hari bersatunya m,ereka selama 5 tahun.

Laras menjejalkan kakinya didepan kamar inap Ryan, dari luar ia mendengar suara raungan seorang wanita yang tak lain dan bukan adalah Mama Ryan, Laras masih berdiri di posisi awalnya, denga n rasa penasaran Laras mendengar pembicaraan yang diselingi raungan tangis itu.

"Apa Ibuk yakin dengan hal ini". Terdengar suara seorang dokter pria berbicara.

"Iya, dok kami sudah mengikhlaskan anak kami dengan melakukan suntik mati". Suara isak tangis kini terdengar

Apaaa???? Suntik mati???. Hati Laras berkecamuk deras, apa yang dilakukan keluarganya itu, apa hati nurani mereka sudah lenyap???. 

"Apa yang akan tante lakukan?" Laras menerobos pintu "Apa hati nurani tante tidak ada, tante adalah orrangtua kandung Ryan, sedangkan  aku hanya pacar yang belum pasti akan menjadi pendmaping hidupnya, tapi aku selalku menunggu Ryan dan yakin dia akn membuka matanya untuk kita". Suara Laras meninggi.

Diam sesaat "Tante sudah pasrah sayang, tante takut dia tidak mampu lagi membuka mata untuk kita, janggap saja dia membuka mata, kemungkinan ingatannya akan hilang sebagian besar" Air mata sang Ibu itu sudah menetes.

"Kemungkinan memang begitu dek". Kali ini dokter itu mulai ikut berbicara.

"Apa??? kemungkinan, ingat keajaiban tuhan itu pasti ada kalau kita semua yakin, mohon tante jangan lakukan hal konyol ini, jika tante melakukannya aku akan kehilangan orang yang mampu membuat hidupku tegar, ingat tante betapa susahnya tante saat mendidiknya hingga sampai saat ini". Laras bersujud dikaki Mama Ryan.

"Kamu" dengan suara lirih dan memandang wajah Laras "Oh tuhan apa yang kulakukan, aku hampir menyia-nyiakan anakku, dokter tolong batalkan rencana ini".

Dokter itu hanya mengangguk dan langsung meninggalkan ruangan itu, Laras menghampiri Ryan, mendekatinya dan membisikkan sebuah kalimat.

"Sayang, apa kamu ingat ini tanggal 21 juni dan kita sudah bersama selama 5 tahun tepat, dan rasaku tetap mseperti awal kita bersama". Laras memeluk tubuh Ryan.

Air mata deras mulai menetes, mendung itu kini tidak bisa ditahan lagi. Mama Ryan hanya bisa melihat denga tatapan iba.

"Laras, tante bangga sama kamu, kamu rela menanti Ryan selama ini".

Laras hanya terdiam, pelukannya semakin erat, kini ia mendengar suara nafas yang keras, ahh mungkin hanya firasatnya. Dan kini ia mendengar suara yang begitu lirih.

"La. . .ras .." suara itu terpenggal dengan nada lirih.


Laras menoleh ke Ryan, dilihatnya mata Ryan sudah terbuka.

"Tante, Ryan sudah sadar". Nada seperti mendapat hoki yang tiada tandingan.

Ryan membuka matanya dengan mengucapkan nama orang yang dicintainya, kini ia terbangun, sudah 4 tahun lebih ia tertidur pulas dan bangun membawa sejuta kebahagiaan. Laras langsung berlari memanggil dokter tadi, sang dokter sangat terkejut melihat hal ini. Keajaiban tuhan bisa menghampirimu kapan saja. 

Doa-doa indah kulanturkan setiap detik hanya untuk seseorang yang amat ku cinta, dan Tuhan mendengarkannya, aku hanya tersenyum dan berterimakasih karena telah membukakan matanya untukku :)

Terimakasih tuhan telah mendengarkan doaku, dan memberiku jawaban atas penantian panjang ini. Takdir tuhan memang indah :)



         With Love



  Nurhayatii Zaiinal ♥






           

Kamis, 01 Maret 2012

Beri Aku Waktu Lebih Dari 3 Menit Bersamamu3

Ketika itu rintik hujan datang menyapa bumi setelah beberapa langkah kamu pergi, kamu tetap berlalu tanpa memperhatikanku kehujanan apa tidak.


 
Gubrakkkk, kakiku menabrak meja belajarku. Membuat kebisingan diantara kesenyian dipagi hari, kalau kebisingan tidak apa-apa, tapi yang paling parah adalah kakiku terasa sangat nyeri, mungkin 5 menit lagi kakiku akan membengkak atau membiru, kubiarkan saja rasa nyeri itu berlalu. Aku harus bergegas menjemput temanku untuk melaksanakan kegiatan lari pagi di Minggu yang dimana matahari masih tertidur lelap. Aku langsung saja mengganti baju dengan baju training ku tanpa mandi terlebih dahulu, aku memilih sepatu berwarna kesayanganku, yapp warna merah muda lembut.

Aku berjalan menelusuri komplek rumah temanku, aku merasa aneh dengan daerah yang kujelajahi. Sepertinya aku tersesat, maklum ini baru pertama kalinya aku kerumah dia tanpa bantuan apapun selain pesan singkat dari handphone flipku yang berisi alamatnya. Sudah dua kali aku melewati daerah ini, tubuhku merasa kelelahan, aku coba sandarkan tubuhku di sebuah rumah minimalis berwarna coklat muda aku benar benar rileks ketika aku meghilangkan rasa lelah ini. Tiba-tiba ada suara yang datang entah dari mana, aku menegakkan kepalaku yang tertunduk tadi, aku membuka mata dengan perlahan, aku melihat sosok orang yang tengah menepuk bahuku, ohh ternyata aku baru saja ketiduran di depan rumah itu dan dia membangunkanku.

"Hei bangun, kamu kok ketiduran didepan rumahku???". Sambil menghirup aroma cappucino hangatnya.
"Ohh aku mau kerumah teman". Aku masih setengah sadar, ucapanku sedikit ngawur.
Mataku terbuka sempurna, otakku mulai bekerja penuh "Oh maaf, aku mau kerumah teman buat lari pagi, tapi aku sudah melewati daerah ini sebanyak dua kali, aku kelelahan lalu aku beristirahat disini, maaf ya membuatmu merasa terganggu".
"Wah ngak apa-apa kok, memangnya kamu ngak tahu alamatnya???". Kali ini dia menikmati cappucino panas nya itu.
"Iya, aku hanya tahu alamatnya melalui sms". Sambil menyodorkan handphoneku ku ke hadapannya.
"Kalau alamat ini dekat kok dari sini, eh kamu Nayla kan? Kelas X.4??". Kali ini cappucinonya sudah habis.
"Iya, kok tahu??? Kita satu sekolahan ya???". Aku bangun dari posisiku.
"Iya, aku tetangga kelas kamu lho, aku Andri, sambil menjulurkan jabatan tangannya.

Aku pun menerima jabatan tangannya dengan hangat membuat udara dingin pagi terasa berlalu saja, kebetulan dia juga akan pergi olahraga pagi. Aku meminta dia untuk membantuku mencari rumah temanku itu. Dengan senang hati dia mengantarkanku. Ternyata aku salah masuk gang!! Jarak rumah dia dan rumah temanku itu hanya 100 meter saja, wahh betapa LOLA nya aku :)

Sesampainya disana pada pukul 05.45 pagi, Lili temanku sudah menungguku didepan pintu rumahnya . . .
"Yahh Nayla kok lama banget sih???". Dengan wajah cemberutnya.
"Maaf ya Li, tadi aku tersesat trus ketiduran bentar didepan rumah orang, ne orangnya baru kenalan juga tadi". Sambil mengarahkan jari telunjukku ke dia.
"Wahh makasih banyak ya Andri, kalo kalian ngak ketemu ni anak bakal tersesat entah berantah". Sambil nyengir dihadapanku.
"Iya ngak apa-apa kok, oh ya katanya kalian mau lari pagi ya, aku ikut boleh ngak???"
"Oh boleh boleh aja kok". Ucap Lili.

Sepanjang perjalanan aku berbincang hangat dengan cowok jangkung itu, sedangkan Lili?? Dia sudah duluan meninggalkan kami. Dia bertanya banyak mengenai identitasku, begitupun aku. Perkenalan singkat ternyata bisa membuatmu cerewet.
Perbincangan panjang kami terhentikan sementara, perut kami sudah ber Shuffle Dance meminta jatah makanan mereka. Kamipun duduk disalah satu tempat sarapan yang menyediakan bubur ayam, kami menikamatinya sambil bercerita dengan mulutku yang berlepotan. Aku melihat dari sakunya dia mengeluarkan sapu tangan lalu menyuruhku membersihkan mulut ku. Aku hanya bisa terdiam malu. Dan Lili, memandang kami sambil tertawa cekikikan lalu tersenyum lebar.

Setelah sarapan selesai, kami langsung pulang, aku duluan sampai dirumah.
"Lili, Andri makasih banget ya dah mau olahraga pagi bareng aku". Aku tersenyum manis.
"Iya, Nay, bay bay". Mereka berdua pun pulang.

Sesampainya dirumah aku mengingat kejadian perkenalan singkat tapi penuh dengan kalimat tanya yang panjang dan senyum riang dari raut wajah kami berdua, aku hanya tersenyum sendiri mengingatnya. Aku tidak ingin melewatkan rekaman manis tadi. Selalu kuingat sampai menjelang tidur.

Keesokan disekolah, aku baru tahu bahwa dia memang tetangga kelasku, ketika aku melewati kelasnya dia menyapaku aku dari belakang, aku menoleh dan hanya tersenyum. Kebiasaan itu berubah menjadi suatu ketertarikan gravitasi cinta, dimana medan magnet yang ada dikutub hatinya selalu menarik hatiku.
Aku mendapat info bahwa sejak pertama kali bertemu dia menyukaiku dan rasa itu berubah menjadi cinta, aku begitu bahagia mendengar kabar itu, hatiku terasa dipenuhi bunga sakura yang bertebaran dimana-mana.
Ternayata berdasarkan ilmu psikologiku dia menunjukkan tanda-tanda jatuh cinta padaku. Aku hanya pura-pura tidak mengetahuinya, berpura-pura bodoh dan lugu. Aku hanya ingin mengetahui sampai sejauh mana perasaanya terhadapku apakah hanya sekedar suka atau cinta?? Rasa cinta dan suka itu jauh perbedaanya.

Setiap melihatnya hatiku berdegup kencang, melaju dengan kecepata tinggi, darahku berlarian entah kemana, tidak berkumpul dengan tepat. Aku malu menatap matanya, setiap kali dia melengah aku menatapnya. Dia setiap bertemu dia berbicara gugup denganku, sesekali mengeluarkan senyum kecilnya. Sepertinya dia yang lebih gugup dariku.

Aku rasa kami sudah melalui PDKT selama 2 bulan, tetapi kami saling malu mengungkapkan perasaan. Yang kami lalui hanya mengirimi pesan singkat, bertemu lalu dia menyapaku, pertemuan yang sebenarnya hanya beberapa menit, dia mengantarkanku pulang lalu berpisah itu pun hanya terjadi 3 kali saja. Sebelumnya dia hanya bertindak pasif, tapi kini sudah mulai aktif. Tindakan kecilnya itu saja sudah membuatku bahagia.

Disudut kantin, aku tengah membaca sebuah bovel romantis, dia memperhatikanku dari kejauahan aku berharap dia datang menghampiriku tetapi dia tidak juga kunjung, hatiku terasa agak kecewa ada rasa rindu untuk menatap wajahnya. Dan sepulang dari sekolahan dia mengirimiku sebuah pesan singkat.

Novel yang kamu baca sepertinya bagus, kalo udah siap aku pinjam ya... Kebetulan aku juga suka baca novel ...

Ohh aku sudah siap bacanya kok, besok aku pinjamin ya... Sepulang sekolah aja...

Aku sudah keluar kelas, tapi kulihat pintu kelasnya masih saja tertutup rapat, aku singgah dulu kekelas temanku, kubiarkan lorong-lorong kelas agak sepi, aku ingin leluasa menemuinya. Aku sudah melihat kelas Andri sepi, dan kulihat disana, dia sudah tidak ada, refleks saja aku langsung mencarimu kesekeliling sekolah tetapi tidak ada..
Ahhh handphoe! Kenapa aku tidak memikirkannya, aku bisa saja mengiriminya sebuah pesan atau menelfonnya, akhirnya aku memilih mengirim pesan singkat...

Ndri, kamu udah dimana... ???

Wahh maaf ya Nay aku lupa , aku lagi diluar sekolah nih...


Oh gitu Wajahku langsung saja berubah aura, kini aura hitam merasuki jiwaku. Lupakah kamu dengan janjimu???

Nay, bentar lagi aku kesolahan kok, tunggu ya...

Kini aku sudah menunggu selama satu jam  penuh, untuk mengisi waktu luang aku pun memilih untuk makan mie yang bumbunya mengandung formalin. Demi kamu aku rela menderita, aku sudah berkorban banyak, tapi kamu apa??? Pengorbananmu hanya sedikit dari pengorbananku.

Aku sudah menunggu 1 jam 15 menit, lalu kamu datang. . .

"Maaf ya Nay, oh ya jadi kan aku pinjam buku kamu???"
"Iya". Aku langsung menyerahkan bukuku itu.
"Oh ya uda mau pulang".
"Ya Ndri ne juga mau pulang".

Tidak terasa percakapan ku hanya berdurasi selama 3 menit. Begitu singkat kata-katanya. AKU BENCI ITU SAYANNNG TT.TT
Aku pulang searah dengannya menuju gerabang. Dia hanya memperhatikanku saja.
Diapun berlalu beberapa langkah dariku.

Ketika itu rintik hujan datang menyapa bumi setelah beberapa langkah dirinya beranjak dari hadapanku, dia tetap berlalu tanpa memperhatikanku kehujanan apa tidak.
Wajah ku telah dibasahi tetes-tetes kecil air mata bumi yang menangis ketika melihat harapan hatiku  meninggalkanku disini.
Mungkin pertemuan kita yang begitu singkat tadi  membuat bumi dan langit tidak bahagia.

Tiba dirumah, sesaat ketka aku melepaskan sepatuku yang sedikit basah, aku diberitahu mama, besok aku sekeluarga akan pindah keluar kota, papa mendapat tugas dari kantor untuk kerja ditempat yang telah ditentukan. Aku begitu shock mendengarnya, pikiranku melayang pada Andri, pengisi relung jiwaku. Jiwaku  menangis dikamar sendirian pada saat malam sunyi, aku sengaja tidak memberitahu Andri, tetapi aku hanya memberitahu Llili bahwa aku akan pergi pindah, aku tidak mau cowok manis itu kehilanganku terlalu dalam.

Keesokannya..
Aku sudah berada dibadara..

Aku masih saja teringat Andri, "Andri, semoga disaat kita berjumpa kembali novel yang kamu baca sudah koyak, artinya kamu sering membalikkan halaman yang disana kuselipkan kata kecil untukmu bertuliskan puisi yang ada namamu" Itu ucapku dalam hati sambil menahan bendungan airmata ini.

Sementara disekolahan, Lili memberitahu Andri bahwa Nayla sudah pindah keluar kota. Andri menyesal tidak mengungkpakan perasaannya. Andri langsung melihat novel dimana didalam salah satu halamannya terdapat puisi untuknya.
Penyesalan selalu datang di akhir. Dan Itu terjadi pada Andri, kenapa dia hanya berbicara pada ku selama 3 menit saja.
Andri langsung menelfon aku.

"Nayla, kenapa kamu pergi tanpa memberitahukanku akan sesuatu???"
"Maaf, aku tidak ingin membuatmu kecewa, aku tahu kamu cinta sama aku begitupun aku padamu". Airmataku mulai tak tertahankan lagi.
"Maaf  Nay, belum ada waktu yang tepat".
"Ya sekarang adalah waktu yang tepat, waktu yang tepat dimana kitaakan berpisah, kenapa kamarin kamu berbicara padaku hanya selama 3 menit, aku butuh waktu lebih dari itu. Beri aku waktu lebih dari menit yang hanya sekejap itu untuk menatap matamu walau aku tak mampu, meraskan atmosfer yang menyesakkan tapi itu membuatku bahagia, tapi kamu langsung pergi dan membiarkan aku kehujanan"

Pembicaraan kami terhenti sebentar, oleh suara papa yang memanggil ku.

"Nay, udah selesai telfonannya". Dari kejauhan suara papa terdengar

Karena perasaanku sedang dicampur aduk dengan rasa sedih, marah tanpa sengaja aku melantangkan suaraku keada papa dan membuat semua penghuni bandara menoleh padaku.

"Pa, tunggu bentar deh, kalo ngak mau tunggu, papa sama mama aja tu yang pergi duluan, aku tinggal disini aja". Sambil membanting  koper lucuku kelantai.
Papa dan mama hanya bisa terdiam, aku menitikkan air mata beberapa tetes, kedua orang tuaku hanya cemas ketidaktahuan takut ketinggalan pesawat. Aku langsung menutup telfonku tanpa aba-aba selamat tinggal atau selamat tinggal, kubiarkan perasaanku terpendam dihati ini selamanya.
Dan benar saja ulah ku yang menelfon Andri selama 20 menit membuat kami ketinggalan pesawat. Huaaa ada rasa kasihan terhadap orang tuaku dan rasa bahagia tidak jadi pergi hari ini, otak kananku harus berfikir cepat untuk menetukan pilihan hidupku.
Kami kembali pulang menaiki sebuah taksi, ditengah perjalanan aku mulai mengungkapkan isi hatiku yang terdalam.

"Ma, pa, maafin aku ya gara-gara kelabilanku kita ngak jadi pindah keluar kota, yah walaupun papa kerjanya satu minggu lagi disana. Aku cuma mau mengungkapakn, aku ingin tetap tinggal disini, ada secercah harapan yang ingin kukejar, aku ingin menetap disini bersama mama, papa kan cuma kerja diluar kota jadi setiuap weekend papa bisa kesini kan. Atau aku dan mama mengunjungi papa. Kasian juga lo, rumah kita ditinggalin sapa yang mau huni???". Sambil menyembunyikan air mataku yang sesaat lagi akan muncul.

"Coba kamu tanya sama mama". Gumam papa
"Kalau kamu masih ada yang ingin dikejar disini, dan hati kamu berkata untuk tetap ngak mau pindah, mama akan temanin kamu disini sampai tamat SMA". Mama membelai rambutku.
"Makasih banyak ya ma". Air mataku kini tidak terbendungkan lagi.

Aku menangis dipangkuan mama dan tertidur dipelukannya. Dekap peluk seorang ibu terasa begitu hangat. Aku pun terbangun ketika sudah sampai didepa rumah, aku bahagia melihat rumah ini lagi. Rumah adalah dimana kamu bisa bahagia bersama penghuni lainya, bukan tempat kamu tidur saja.

Ahh aku lupa, aku belum memberitahukan Andri bahwa aku akn tetap tingal ,disini, tapi aku tidak mau memberitahunya atau siapapun dulu. Aku ingin melihat reaksi Andri yang sebenarnya kehilanganku.

Malam harinya aku menelfon Lili...
"Li, gimana kabar kamu hari ini??? apakah kamu bahagia tanpaku???". Sambil menahan cekikikan tawa karena aku pura-pura sudab pindah.\
"Sangat tidak menyenangkan say, aku begitu mengingat ketika kita bersama dulu, sekarang aku hanya bisa mengingatnya bukan merasakanya". Dari suaranya sepertinya dia menenagis.
"Aku tetap akan merindukanmu, bagaimana dengan Andri???".
"Dia sepertinya benar-benar menyesal atas kepergianmu, sejak menerima kabar dari kamu dia tu  selalu murung, spas aku melewati kelasnya dia tidak memperhatikan apa yang diterangkan oleh guru. Sepulang sekolah dia bercerita ke aku kalo dia tu rindu liat tawa kamu, senyum manis kamu, dia ingin berbicara dengan kamu selama-lamanya".
"Hmm sepertinya dia benar-benar menyesal tapi itu semua sudah terlambat, aku sayang banget sama dia tapi kenapa sikapnya begitu???". Aku mengingat kejadian hari yang lalu.

Aku bercerita beberapa menit, lalu aku menutup telfon. Dua hari lagi aku berencana akan masuk sekolah lagi, esok hari aku biarkan dia mengenangku sepuas-puasnya, aku korbankan pelajaran esok, demi aku mengajarkan dia sebuah pelajaran berharga, jangan pernah menyia-nyiakan orang yang disayangi.

Ini adalah hari dimana aku sekolah, aku sengaja berangkat pagi aku ingin memberi kejutan untuk Lili terlebih dahulu.
Di kelas, aku menunduk terdiam dan tidak beberapa lama lili datang, dia menepuk bahuku lalu menatap wajahku, dia begitu bahagia melihatku, memelukku dengan pelukan yang membuatku sesak nafas. Saat jam istirahat kami berdua melewati kelas Andri, aku melihatnya termenung sendirian, aku mendekatinya tapi dia tidak memperhatikanku, lalu aku memaggil namanya.
"Andri". Sapaku lirih.
Dia hanya mendongakkan kepalanya, tidak percaya aku kada disini, dihadapannya dan tersenyum, hampir saja dia menggenggam tanganku, tapi aku menolak genggamannya.
Aku bercerita kepadanya tentang kejadia aku tidak jadi pindah keluar kota, sampai rencana ku mengerjai Lili dan dirinya.

"Wah lili, aku kangen banget dengar suara tawa kamu, aku bersyukur kamu tidak jadi pindah, sekarang aku bahagia. Aku janji tidak akan bebicara dengan kamu lagi dengan durasi 3 menit, tapi aku akan bicara sama kamu dengan durasi selama-lamanya, poulang sekolah nati kita ngobrol ya". Selalu menatap mataku.
Aku tesenyum manis "Iya, Ndri"

Sepulang sekolah, Andri telah menungguku keluar kelas, kami berbicara disudut kantin..

"Nay, maaf ya selama ini aku mungkin menyia-nyiakan kamu , jujur sejak pertama kali kita bertemu langsung tepatnya saat kamu tersesat didepan rumahku, aku merasakan adanya getaran cinta. Aku cuma mau tanya kamu bersedia menjadi pendampingku selamanya???'. Sambil memberikanku sepotong coklat.
"Iya Ndri, aku mau asal kamu janji berbicara denganku tidak untuk waktu 3 menit saja, tapi lebih banyak dari itu, kamu tau aku begitu merindukanmu setiap kali kita terpisah". Aku hanya tertunduk sambil menahan seyuman.
"Ok aku janji, selamanya aku bakal bicara sama kamu".

Akhirnya harapanku terwujud, kalimat demi kaliamt yang kutulis di lembaran novel ku itu akhirnya terwujud juga. Rencana tuhan memang begitu indah.




         With Love








     Nurhayatii Zaiinal ♥