Jam bulat di dinding kelasku menunjukkan pukul 10.30 dan bel istirahat pun berbunyi. Aku mempunyai rencana mengisi waktu selama 30 menit itu untuk berkeliling sekolah sendirian, aku ingin mengamati apa sajakah kegiatan yang mereka semua lakukan selain jajan dikantin sekolahan.
Aku berjalan menelusuri lapangan basket, aku merasa tertarik dengan kegiatan semacam ini. Salah satu cabang olahraga ini adalah favorit ku sebab aku dari dulu ingin sekali bermain basket, tapi tetap sampai sekarang tidak bisa. Aku duduk ditepi lapangan basket sendirian, aku membuka bungkusan kue strawberry yang sengaja aku bawa untuk menghemat bisi kantongku. Berusahalah anda untuk berhemat, siapa tau uang yang anda hematkan itu bisa membeli sesuatu yang diimpikan.
Tiba-tiba ada seseorang yang menarik perhatian ku, aku melihat dia mendapat bola oranye itu dari lemparan salah satu teman ku. Dia hanya mengambil bola itu dan memandanginya terlalu lama lalu mengusap bola itu dengan perlahan, sepertinya dia menyukai bola itu. Dan itu membuat para pemain kewalahan solanya bolanya tidak dioper ke arah orang lain. Bagiku itu memang aneh. Lalu tiba-tiba ada seorang temanku bilang seperti ini . . .
"Hei, IQ loe berapa sih penasaran gue". Ucap nya dengan nada kasar ditambah nyengir sisepan khalayak banyak.
Dia diam saja setelah mendengar pertanyaan kasar itu, aku merasa terkejut tidak kusangka teman yang selalu kupandang baik ternyata melontarkan kata-kata pedas dari mulutnya, aku pun hanya bisa tercengang.
Setelah ku cari informasi secara mendetail, fakta yang aku dapatkan adalah bahwa sosok itu bernama Aldo, dia agak berbeda dari kita, maksudku dia agak bersikap seperti anak autis tetapi bukan autis , dan jangan salahkan kemampuan otaknya. Karna kemampuan otaknya sangat menakjubkan.
Setiap aku melewati kelasnya, aku melihat dia itu bukan aneh tapi unik, aku melihat bahwa setiap hari dia membawa peralatan tulisnya kemana saja yang didimpan di dalam kantong depan bajunya. Tapi sisi iba datang juga dari dirinya, ketika dia makan sendirian dikantin selalu sendiri, sepertinya dia disisihkan. Mengapa orang selalu berteman dengan orang yang mempunyai kelebihan???
Dan aku pun juga melihat temanku itu juga menghinanya setiap kali dia bertemu, aku rasa dia hanya iri . . .
"Eh Aldo, loe tu bisa ngak main basket???". Hina Gio lagi.
Tetap saja Aldo terdiam.
Semakin lama aku semakin membenci temanku ku itu, ingin rasanya aku mendobraknya dan memakinya walaupun aku ini seorang perempuan dan dia seorang laki-laki, tapi rasa kemanusiaan ku pasti ada terhadap seseorang yang lemah.
Cobalah untuk menjadi lebih berani ketika dirimu atau seseorang dicaci maki.
"Gio, kamu aku liat sering ngeledek Aldo ya???" Tanyaku baik-baik.
"Haa ngeledek ngak ada tuh Cin". Jawabnya polos.
"Halaah jangan boong deh, aku sering liat koq, ngak nyangka ya, kamu ternyata sifatnya begini, aku pikir waktu kita baru berteman kamu itu sangat baik, ternyata". Tiba-tiba kalimatku dipotong.
"Ya ya, aku memang sering ngeledek dia, tau kenapa aku ngak suka aja orang kayak dia, seperti anak autis!!!! Paham" Ucapnya dengan nada emosi.
Hawa emosi ku mulai memuncak "Heii, kamu itu ya, kamu pikir kamu itu sempurna, ngak kan?? liat aja bobot badan kamu dulu gendut, otak kamu pas-pas an"
Pertengkaran hebat kami ditonton sejumlah siswa termasuk Aldo, cowok penyendiri itu hanya bisa menatap ku dengan tatapan pemberi semanagat, rasa takut campuk aduk lah.
Pertengakaran kami berakhir dengan putusnya pertemanan kami yang dirancang sedemikian rupa sejak kelas 1 SMA. Tak ada rasa penyesalan dalam hidupku.
Setibanya di kelas . . .
"Cintya, kamu beneran mau putusin pertemanan sama Gio???".Ucap Nessa bingung.
"Beneran Ness, aku udah muak sama sikap dia, mending cari teman yang benar benar baik sikapnya". Ucapku masih dengan nada emosi.
Beberapa hari kemudian, teman-temanku mulai banyak bicara, mereka sebenarnya mendukung keputusan ku untuk melakukan hal itu. Seisi kelas terutama shabat dekat Gio sangat benci dengannya, karena sebenarnya Gio itu mulutnya sangat pedas sekali. Dalam hati aku masih tidak percaya sama sekalai. Aku pun menanyakan ke kelas tetangga, mereka mengatakan hal yang sama.
"Cin, kami semua memang ngak suka sama sikapnya Gio, aku fikir hanya kamu aja yang ngak benci sama dia, tapi syukurlah tuhan nyadarin kamu. Ucap salah satu siswa.
Ohh tuhan ternyata selama in aku berteman dengan teman yang salah. Tapi aku juga berusaha agar teman-teman sekelasnya Aldo tidak memandang remeh dia hanya perbedaan yang sedikit dengan kita. Walaupun sampai sekarang aku melihatnya masih sendirian tanpa teman satupun. Dan dia adalah makhluk layaknya kalian semua.
With Love
♥ Nurhayatii Zaiinal
Aku berjalan menelusuri lapangan basket, aku merasa tertarik dengan kegiatan semacam ini. Salah satu cabang olahraga ini adalah favorit ku sebab aku dari dulu ingin sekali bermain basket, tapi tetap sampai sekarang tidak bisa. Aku duduk ditepi lapangan basket sendirian, aku membuka bungkusan kue strawberry yang sengaja aku bawa untuk menghemat bisi kantongku. Berusahalah anda untuk berhemat, siapa tau uang yang anda hematkan itu bisa membeli sesuatu yang diimpikan.
Tiba-tiba ada seseorang yang menarik perhatian ku, aku melihat dia mendapat bola oranye itu dari lemparan salah satu teman ku. Dia hanya mengambil bola itu dan memandanginya terlalu lama lalu mengusap bola itu dengan perlahan, sepertinya dia menyukai bola itu. Dan itu membuat para pemain kewalahan solanya bolanya tidak dioper ke arah orang lain. Bagiku itu memang aneh. Lalu tiba-tiba ada seorang temanku bilang seperti ini . . .
"Hei, IQ loe berapa sih penasaran gue". Ucap nya dengan nada kasar ditambah nyengir sisepan khalayak banyak.
Dia diam saja setelah mendengar pertanyaan kasar itu, aku merasa terkejut tidak kusangka teman yang selalu kupandang baik ternyata melontarkan kata-kata pedas dari mulutnya, aku pun hanya bisa tercengang.
Setelah ku cari informasi secara mendetail, fakta yang aku dapatkan adalah bahwa sosok itu bernama Aldo, dia agak berbeda dari kita, maksudku dia agak bersikap seperti anak autis tetapi bukan autis , dan jangan salahkan kemampuan otaknya. Karna kemampuan otaknya sangat menakjubkan.
Setiap aku melewati kelasnya, aku melihat dia itu bukan aneh tapi unik, aku melihat bahwa setiap hari dia membawa peralatan tulisnya kemana saja yang didimpan di dalam kantong depan bajunya. Tapi sisi iba datang juga dari dirinya, ketika dia makan sendirian dikantin selalu sendiri, sepertinya dia disisihkan. Mengapa orang selalu berteman dengan orang yang mempunyai kelebihan???
Dan aku pun juga melihat temanku itu juga menghinanya setiap kali dia bertemu, aku rasa dia hanya iri . . .
"Eh Aldo, loe tu bisa ngak main basket???". Hina Gio lagi.
Tetap saja Aldo terdiam.
Semakin lama aku semakin membenci temanku ku itu, ingin rasanya aku mendobraknya dan memakinya walaupun aku ini seorang perempuan dan dia seorang laki-laki, tapi rasa kemanusiaan ku pasti ada terhadap seseorang yang lemah.
Cobalah untuk menjadi lebih berani ketika dirimu atau seseorang dicaci maki.
"Gio, kamu aku liat sering ngeledek Aldo ya???" Tanyaku baik-baik.
"Haa ngeledek ngak ada tuh Cin". Jawabnya polos.
"Halaah jangan boong deh, aku sering liat koq, ngak nyangka ya, kamu ternyata sifatnya begini, aku pikir waktu kita baru berteman kamu itu sangat baik, ternyata". Tiba-tiba kalimatku dipotong.
"Ya ya, aku memang sering ngeledek dia, tau kenapa aku ngak suka aja orang kayak dia, seperti anak autis!!!! Paham" Ucapnya dengan nada emosi.
Hawa emosi ku mulai memuncak "Heii, kamu itu ya, kamu pikir kamu itu sempurna, ngak kan?? liat aja bobot badan kamu dulu gendut, otak kamu pas-pas an"
Pertengkaran hebat kami ditonton sejumlah siswa termasuk Aldo, cowok penyendiri itu hanya bisa menatap ku dengan tatapan pemberi semanagat, rasa takut campuk aduk lah.
Pertengakaran kami berakhir dengan putusnya pertemanan kami yang dirancang sedemikian rupa sejak kelas 1 SMA. Tak ada rasa penyesalan dalam hidupku.
Setibanya di kelas . . .
"Cintya, kamu beneran mau putusin pertemanan sama Gio???".Ucap Nessa bingung.
"Beneran Ness, aku udah muak sama sikap dia, mending cari teman yang benar benar baik sikapnya". Ucapku masih dengan nada emosi.
Beberapa hari kemudian, teman-temanku mulai banyak bicara, mereka sebenarnya mendukung keputusan ku untuk melakukan hal itu. Seisi kelas terutama shabat dekat Gio sangat benci dengannya, karena sebenarnya Gio itu mulutnya sangat pedas sekali. Dalam hati aku masih tidak percaya sama sekalai. Aku pun menanyakan ke kelas tetangga, mereka mengatakan hal yang sama.
"Cin, kami semua memang ngak suka sama sikapnya Gio, aku fikir hanya kamu aja yang ngak benci sama dia, tapi syukurlah tuhan nyadarin kamu. Ucap salah satu siswa.
Ohh tuhan ternyata selama in aku berteman dengan teman yang salah. Tapi aku juga berusaha agar teman-teman sekelasnya Aldo tidak memandang remeh dia hanya perbedaan yang sedikit dengan kita. Walaupun sampai sekarang aku melihatnya masih sendirian tanpa teman satupun. Dan dia adalah makhluk layaknya kalian semua.
With Love
♥ Nurhayatii Zaiinal
Intinya, setiap anak manusia dilahirkan dengan spesial. Tidak ada pencipta an yang sia-sia.
BalasHapusmanusia diciptakan sempurna oleh yang MAHA PENGASIH
BalasHapustetapi manusia lainnya hanya memandang covernya saja tanpa memandang isi..
jangan diputusin donk pertemanan dengan gio... kasih nasehat aja biar dia bisa berubah... :)
BalasHapus