Sabtu, 18 Februari 2012

My Prince Imagination


Aku kini menyebutnya "Prince Imagination". Aku hanya bisa berimajinasi dengan bayangannya, berharap aku bisa terhubung dengan telepatiku ini.


Hari ini aku tengah melakukan sekolah tambahan sampai jam 5 sore, waktu masih menunjukkan pukul 2 siang, terik matahari begitu menyengat kulit ku, karena kepanasan tenggorokan ku kering. Aku pun izin keluar sebentar untuk membeli sesuatu yang bisa melegakan tenggorokannku. Aku pun ke kantin melewati kelas X4, disana aku melihat seorang siswa yang tengah mahir mengerjakan soal kimia, lngkah ku terhenti sebentar aku meliat parasnya bisa dibilang cakep, otaknya sepertinya pintar. Aku bergumam, aku pun teringat bahwa aku harus membasahi tenggorokanku.
Sekembalinya aku dari kantin, aku melewati kelas itu lagi, kini aku melihat dia sedang tengah asyik berbicara dengan teman sebangkunya, entah rasa apa yang menarimk pandanganku terhadap seseorang itu. Setibanya di kelas aku terus mengingat dia, tapi lamunanku terhentikan oleh sura lantang guru ku yang sedang mengajarkan tentang trigonometri. Imajinasi ku terputus dengan menghadapi kenyataan.

Jam setengah empat, aku istirahat sekalian melaksanakan sholat Azhar, setelah aku berwudhu, aku melihat cowok yang tadi lagi, aku melihat dia berwudhu dan ke masjid, lalu mengumandangkan adzan, dan ternyata suaranya waww membuatku merinding. Aku berfikir, mungkin aku hanya tertarik karena kemahirannya akan segala sesuatu hal yang dia lakukan sejak tadi.
Lama kelamaan aku bertindak bagaikan seorang DETEKTIF GILA YANG GAGAL, aku selalu ingin mengetahui segala sesuatu yang menyangkut dirinya, mulai dari namanya, alamatnya, makanan favoritnya, semuanya sampe nomor sepatunya. Aku heran, sepertinya aku merasa mulai terpuruk didalam ketertarikan gravitasi cinta.

Setelah sebulan, aku baru mengetahui namanya. Cowok bertubuh tinggi itu bernama Givan Utama Putra panggilannya Givan. Tampangnya begitu cakep, bertubuh tinggi (ideal), pintar dalam pelajaran matematika, kimia fisika bla bla bla, bisa dibilang semuanya, perfect dah, apalagi dia jago basket.
Tiap pulang sekolah, aku merubah tempat tongkronganku dari depan gerbang sekolah menjadi lapangan basket, aku berpura-pura didepan mereka mengerjakan tugas harian, tetapi aku memantau gerak gerik tangguh dari Givan ketika bola kecil itu dilayangkan ke ring. Aku bertepuk riuh dalam hati.
Selesai dia bermain basket, aku juga beranjak pulang, arah rumah kami sepertinya searah, dia berjalan dibelakangku. Kebetulan aku membawa beban buku tebal yang membuatku gelisah untuk memeluknya, dan GUBRRAAKKK, buku yang kupeluk terjatuh semuanya, ahh kenapa sih pelajaran hari ini semuanya menggunakan buku yang tebal setebal kamus???. Ketika aku baru mengambil dua buku itu, Givan datang membantuku mengambil buku yang ketiga dan keempat, disaat dia mengambil buku keempat itu, mata kami saling bertemu, terkunci selama beberapa menit dan buyar karena handphoneku bergetar.

"Lovia, kamu lagi dimana, oh ya ntar malam aku jadi ya nginap dirumah kamu"

Aku tidak mengiraukan pesan singkat itu, aku bangkit dari posisi ku mengambil buku itu, dia pun juga berdiri.
Dengan gugup aku mulai berbicara "Makasih ya"
"Ya sama-sama, namaku Givan". Sambil menjulurkan tangannya.
Aku menerima sambutan hangat tangannya "Aku Lovia, kamu jago juga main basket ya".
"Wah ngak juga kok, biasa aja". Sambil tertawa kecil.

Apa??? itu hal biasa baginya, bagaimana jika luar biasa, pasti permainannya mengalahkan Michael Jordan. Dan membuatku ingin meninggalkan jejak tepuk tangan yang riuh diantara semua penonton. Aku begitu terkesima dengan tatapannya tadi.

"Oh kalau begitu aku duluan ya". Ucapku terbata-bata.
"Barengan aja, buku kamu biar aku yang bawain, ngak bagus lho cewek bawa beban yang berat". Dia mengambil bukuku dengan pelan tapi pasti.

Hatiku langsung saja seperti berkelopak, tidak ada duri yang menumbuhinya atau batang yang keras, hanya kelopak bunga mawar yang berjatuhan. Kami berpisah di dekat rumahku, saling berpamitan.

Day by day, dia jarang terlihat olehku, memang sih dia sering bermain basket di lapangan basket, tapi jadwal les ku menghalangi untuk menatap kemahirannya. Aku hanya bisa melihat dia tiap hari Jum'at ketika pulang sekolah sore dan sabtu saja, selebihnya hanya rindu yang mendera di hatiku.
Dia semakin jarang terlihat muncul di depan mataku, Givan, aku kini menyebutnya "Prince Imagination". Aku hanya bisa berimajinasi dengan bayangannya, berharap aku bisa terhubung dengan telepatiku ini.
Ketika bertemu, dia hanya menyapaku, memanggil namaku tidak lebih dari itu, kadang aku sejalan pergi kesekolah, dia hanya menyapaku juga, mengucap kata lebih dari itu jarang, hmm maksudku tidak pernah.

Semakin jarang terlihat, hatiku tidak pernah lelah untuk menatapnya, mencari dimana dia. Semangat itu aku perjuangkan, untuk menatapnya saja aku sudah bahagia.
Tapi, kemudian akun sadar, My Prince Imaginationku sepertinya tidak mempunyai gelagat untuk melakukan hal yang sama dengan apa yang kulakukan. Aku hanya bisa diam tertunduk, tersenyum melihatnya, walau hatiku ini sudah ditumbuhi duri mawar yang sedikit-sedikit mulai menyesakkan dadaku.

Kini aku biarkan saja waktu yang menjawab, jika dia memang ditakdirkan untukku pasti dia ada untuku disuatu saat nanti, walaupun aku sudah bersama yang lain, dia pasti akan datang jika itu memang takdirku.
Aku hanya berdoa kecil semoga dia selalu dalam keadaan yang baik, selalu tersenyum, selalu mengenaliku walau wajah ku tidak seperti yang sekarang. Dan aku tetap berteman dengan imajinasiku tentang dirinya. Ingatlah aku My Prince Imagination :')




    
             With Love




       Nurhayatii Zaiinal ♥




1 komentar:

  1. kadang cinta itu harus berakhir..
    dan memendamnya.. :(
    "Cinta Dalam Hati"

    BalasHapus